Warta

Konflik Palestina Hasil Provokasi Israel

Kam, 15 Februari 2007 | 11:39 WIB

Jakarta, NU Online
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Hasyim Muzadi mengungkapkan fakta sebenarnya di balik pertikaian antarsekte Islam di Palestina. Menurutnya, konflik antara kelompok Harakat al-Muqawama al-Islamiyya (Hamas) dan Fatah bukanlah semata konflik aliran, melainkan hasil provokasi yang dilakukan Israel.

“Konflik antara Hamas dan Fatah tidak datang dengan sendirinya. Konflik itu merupakan hasil provokasi Israel,” terang Hasyim saat menerima kunjungan sejumlah anggota Parlemen Republik Islam Iran di Kantor PBNU, Jalan Kramat Raya, Jakarta, Kamis (15/2).

<>

Pernyataan Hasyim yang juga Presiden World Conference on Religion for Peace
tersebut merupakan hasil pertemuannya dengan beberapa pemimpin Islam Sunni dan Syiah Libanon dalam serangkaian lawatannya ke Timur Tengah beberapa waktu lalu.

Akhir Januari hingga awal Februari lalu, Hasyim melakukan "roadshow" ke sejumlah negara guna menyosialisasikan gagasan untuk meredakan konflik antarsekte di Irak. Hasyim bertemu Presiden Syria Basyar Asad dan Wakilnya Farouq Al-Syara, Mufti Republik dan Menteri Agama Libanon, Syekh Muhammad Rosyid Kabbany, Wakil Imam Syiah di Libanon, Syekh Amir Qobalany dan Rektor Universitas Internasional Libanon Dr Ahmad Husan.

Menurut Hasyim, Israel memang sengaja memprovokasi kelompok-kelompok Islam di Palestina agar mudah dipecah-belah. Karena, lanjutnya, hal yang paling ditakuti negara Zionis itu adalah persatuan bangsa Palestina dan bangsa-bangsa Islam lainnya. “Bukan persenjataan canggih yang mereka (Israel, Red) takuti, melainkan persatuan umat Islam,” tandasnya.

Demikian pula konflik antasekte Islam di Irak. Menurut Sekretaris Jenderal International Conference of Islamic Scholars itu, pertikaian antara kelompok Sunni dan Syiah di negeri 1001 Malam tersebut juga merupakan hasil provokasi Israel. Pasalnya, selama ini kedua kelompok tersebut selalu hidup berdampingan dan saling menghargai satu sama lain.

“Indikasinya, tempat-tempat suci Sunni berada di sekitar kelompok Syiah. Begitu juga tempat-tempat suci milik Syiah berada di sekitar kelompok Sunni. Selama ribuan tahun mereka (kelompok Sunni-Syiah, Red) hidup berdampingan dan baru-baru ini berkonflik,” urai Hasyim.

Ditegaskan Pengasuh Pondok Pesantren Al-Hikam, Malang, Jawa Timur itu, konflik di kalangan umat Islam—seperti di Irak dan Palestina—sama sekali tidak menguntungkan, bahkan di kedua belah pihak yang bertikai sekalipun. Konflik itu justru merugikan umat Islam sendiri dan menguntungkan pihak lain yang berkepentingan.

“Konflik tersebut malah menguntungkan penjajah. Mereka menjajah dan memanfaatkan umat Islam dengan gratis dan tanpa biaya sedikitpun, tanpa mengeluarkan pelor sedikit pun,” terang Hasyim.

Oleh karena itu, tambah Hasyim, persatuan di antara umat Islam dan segera mengakhiri pertikaian yang banyak menumpahkan darah merupakan sesuatu yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Salah satu jalan menuju hal tersebut, menurutnya, adalah melakukan pertemuan di antara pemimpin Islam di dunia.

“Oleh karena itu, kami (NU, Red) ingin mengadakan pertemuan untuk meredakan konflik di kalangan umat Islam. Stigma akan konflik Sunni-Syiah seperti di Irak harus diubah. Harus diubah bahwa rakyat Irak melakukan perlawanan terhadap penjajah,” ujar Hasyim. (rif)