Warta HARLAH KE-82 NU

NU Harus Bentengi Warganya Hadapi Pertarungan Ideologi

Rab, 30 Januari 2008 | 08:45 WIB

Purworejo, NU Online
Nahdlatul Ulama (NU) harus mampu membentengi warganya dalam menghadapi pertarungan ideologi dunia yang semakin ketat akhir-akhir ini. Kapitalisme dengan liberalisme-nya seakan tak terbendung lagi. Di sisi lain, ekstrimisme yang melahirkan radikalisme Islam, perkembangannya juga begitu cepat.

Demikian diungkapkan KH Dian Nafiā€™, salah satu tokoh NU Surakarta, Jawa Tengah, dalam paparannya pada seminar bertajuk ā€œIslam Rahmatal Lilalaminā€ yang digelar Pengurus Cabang NU Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, di aula kampus Sekolah Tinggi Agama Islam NU Purworejo, Rabu (30/1)<>

Dalam seminar yang diselenggarakan menyambut Hari Lahir ke-82 NU itu, Kiai Nafiā€™ menjelaskan, pertarungan ideology, saat ini, sudah memasuki babak ketiga. Mulai terjadi pelemahan pengawasan negara atas sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya pengetahuan.

Bukti nyata, terang kata pemimpin Pondok Pesantren Al Muayyat itu, adalah kemampuan modal asing menguasai aset-aset yang menjadi hajat hidup orang banyak, missal, air, tanah, dan berbagai pusat perbelanjaan telah dikuasai oleh bangsa asing. Bisa dikatakan itu merupakan bentuk penjajahan model baru.

NU, lanjutnya, harus mampu mengambil peran dengan cara ikut serta menangkal akibat negatif dari pertarungan ideologi tersebut. ā€œPaling tidak dengan menyelamatkan warga NU sendiri,ā€ katanya.

Ketua MUI Kebumen, KH Nurshodiq yang juga hadir pada kesempatan itu, mengatakan, NU sebagai organisasi yang lahir sebelum terbentuknya republik ini, tidak sedikit sumbangannya, baik dalam perjuangan menjelang kemerdekaan, pembentukan negara, maupun dalam mengamankan negara dari gerakan separatisme.

ā€œSumbangan yang amat besar kepada bangsa ini dari NU adalah wawasan kebangsaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI),ā€ katanya.

Menurutnya, di era globalisasi ini, NU, dengan tetap berpegang pada paradigma Ahlussunnah Wal Jamaah masih tetap mampu mengambil peran untuk menuntun umatnya dari arus pertarungan ideologi tersebut, yakni, tetap memegang teguh prinsip tawasuth, tasamuh, dan tawasun. (sm/man)