Warta

Pesantren Bisa Jadi Pusat Informasi

Kam, 31 Mei 2007 | 03:57 WIB

Surabaya, NU Online
Penyediaan Sumber Daya Manusia (SDM) yang terampil dan infrastruktur yang lengkap akan mendorong pesantren untuk semakin produktif menghasilkan ulama-ulama handal dalam memperbaiki akhlak dan moral bangsa. Di bidang ekonomi dan iptek, ke depan, diharapkan pula pesantren menjadi sentra informasi yang bermanfaat untuk masyarakat sekitarnya.

”Sebenarnya, tidak ada halangan berarti bagi pesantren untuk saling berbagi informasi dalam bidang agama, ekonomi, pendidikan, dan lain-lain kepada masyarakat umum,” kata Agus Zainal Arifin, Dosen Fakultas Teknologi Informasi ITS Surabaya yang juga mantan Rais Syuriah NU Japan, usai menyelenggarakn pelatihan pembuatan dan pengelolaan website untuk pondok pesantren se-Sidoarjo di kampu<>s ITS, Rabu (30/5) kemarin.

Pelatihan pembuatan dan pengelolaan website itu diikuti oleh 37 pesantren di Sidoarjo yang dikordinir oleh Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI) Sidoarjo meliputi wilayah kecamatan Taman, Porong, Tanggulangin, Krembung, Sidoarjo, dan Krian.

”Target pendeknya kita nanti mengelola website RMI Sidoarjo yang meliputi 4 bidang pengembangan informasi yakni pendidikan, Iptek, agama dan kajian turats, Ekonomi. Target panjangnya diharapkan masing-masing pesantren yang mengikuti pelatihan akan mampu membangun website sendiri sekaligus mensuplainya dengan informasi-informasi yang bermanfaat,” kata Agus yang juga lulusan Program Doktor bidang Information Engineering di Hiroshima University.

Hilangkan Kesan Sulit

Ditambahkan Agus Zainal Arifin, pembuatan dan pengelolaan website di pesantren selama ini mungkin terkesan sulit, membutuhkan dana besar, dan menyita waktu yang tidak sedikit. Apalagi di dalam setiap home page pasti dijumpai berbagai code atau program yang sdh pasti hanya akan dipahami oleh mereka yang berpengalaman.

Selama ini, penambahan informasi sangat tergantung oleh tingkat keaktifan para webmasternya. Demikian pula prosedur untuk mencapai tahap publikasi di web cukup panjang pula. Pihak humas pesantren tentu harus menghubungi webmasternya lebih dahulu untuk mengupload sebuah infromasi baru. Selanjutnya webmasterlah yang akan mengkonversikannya ke format html atau format lain yang sesuai.

”Prosedur panjang ini sebenarnya dapat dipersingkat dan dipermudah, bila kita mencoba untuk menggunakan CMS (content management system). CMS memberikan kemudahan kepada pengelola dan usernya, sebab cms berorientasi kepada konten,” kata peraih Dapat penghargaan Excellence Student 2006 di Hiroshima University itu.

Tak kalah pentingnya, CMS free banyak sekali tersedia dan siap di-install. Karena itulah, website pesantren, sekolah, perusahaan, organisasi, dan lain-lain mulai beralih menggunakan CMS yang dewasa ini makin dilengkapi fitur-fiturnya.

”Kita memang perlu menciptakan image bahwa membuat dan mengelola website itu mudah dan murah,” pungkasnya.(nam)