Warta

Petakan Potensi, PBNU Data Ranting

NU Online  ·  Jumat, 12 Januari 2007 | 06:25 WIB

Jakarta, NU Online
Minimnya informasi secara mendetail tentang jumlah kepengurusan tingkat ranting maupun jumlah anggota NU yang terdaftar telah menyebabkan potensi yang dimiliki NU tidak bisa tergarap dengan baik. Untuk menjawab berbagai permasalahan tersebut, PBNU akan melakukan pendataan ranting NU di seluruh Indonesia.

Wakil Sekjen PBNU H. Anas Taher yang menangani program tersebut menjelaskan bahwa program ini digulirkan karena adanya keprihatinan terhadap munculnya berbagai masalah yang hanya bisa dijawab hanya jika NU mampu memperbaiki organisasi dari tingkat ranting.

<>

Jumlah rating NU yang sampai sekarang tidak jelas seringkali menimbulkan kebingunan dikalangan pengurus sendiri ketika ditanya orang. “Pak Said Aqil beda jawabannya dengan Pak Hasyim. Ini harus diakhiri, kita harus bisa menjawab dengan data yang akurat berdasarkan hasil mapping yang secara sistemik kita buat,” tandasnya dalam rapat koordinasi dengan PWNU seluruh Indonesia Rabu lalu.

Pada tahap awal untuk pendataan ranting, PBNU telah mencetak 25.000 formulir yang akan disebarkan ke seluruh cabang. “Minimal bisa mendata jumlah ranting, selanjutnya kit dorong agar cabang NU yang rantingnya tidak berkembang kita dorong perkembangannya,” imbuhnya.

Anas yang juga ustadz di Ponpes Asiddiqiyah Jakarta tersebut menjelaskan bahwa sosialisasi telah dilakukan di Jawa Timur dan akan ditindaklanjuti ke wilayah-wilayah NU yang lainnya. “Tolong saya dibantu penyebarannya dan jangan lupa dikembalikan. Saya mohon dukungan dari seluruh pengurus wilayah” tandasnya.

Sebelumnya PBNU juga pernah melakukan program yang sama, namun banyak formulir yang tak kembali, entah apa sebabnya. Anas meminta hal tersebut tak terulang pada program kali ini.
 
Dalam formulir yang harus diisi tersebut akan terdapat berbagai informasi penting yang bisa dimanfaatkan dalam penyusunan strategi pengembangan NU ke depan seperti jumlah masjid atau madrasah yang ada disekitar ranting. “siapa ketuanya, siapa raisnya disertai dengan fotonya juga harus jelas supaya tidak ada kasus tak ada ranting, tapi saat musyawarah, muncul,” tandasnya.

Informasi yang lengkap tentang keberadaan ranting tersebut akan mempermudah permaikan manajemen organisasi. “Seperti dikatakan Pak Hasyim, era ini adalah era manajemen. Organisasi lain sudah melakukan perbaikan, kalau kita tetap dengan pola seperti ini, kita akan ketinggalan,” paparnya

Anas mengindikasikan bahwa saat ini ternyata tanpa sadar semakin banyak masjid yang sebelumnya menjalankan tradisi-tradisi NU sudah dipegang orang lain. “Kita tak tahu mana yang hilang, lama-lama NU ini bisa hilang,” imbuhnya.

Hilangnya masjid-masjid bertradisi NU yang kemudian dipegang oleh Islam garis keras tersebut sebenarnya harus menjadi introspeksi bahwa NU harus semakin memberi perhatian terhadap kondisi ranting.

“Kalau di tingkat pusat kan sudah dikawal Pak Hasyim, Pak Said Aqil sehingga ngeri juga kalau mereka masuk, untuk itu mereka melalui tingkat ranting yang tidak dikuasai oleh orang NU,” tegasnya.
 
Sementara Sekjen PBNU Endang Turmudi menambahkan bahwa komunikasi yang semakin intensif antara PBNU, PWNU sampai dengan tingkat ranting dapat menghindari penipuan yang mengatasnamakan PBNU seperti terjadi beberapa waktu lalu yang telah menelan banyak korban. (mkf)