Warta

Puisi Gus Mus Meriahkan Peringatan Hakitnas di Qatar

Sab, 24 Mei 2008 | 09:29 WIB

Doha, NU Online
Warga negara Indonesia di Qatar tak lupa dengan Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas). Mereka memperingati 1 abad kebangkitan nasional itu dengan menggelar upacara yang dirangkai dengan parade pembacaaan puisi di halaman kantor Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Doha, Ibukota Qatar, beberapa waktu lalu.

Puisi karya Budayawan KH Mustofa Bisri (Gus Mus) turut memeriahkan acara yang diikuti sejumlah staf KBRI dan masyarakat Indonesia di Qatar itu. Duta Besar RI untuk Qatar, Rozy Munir membacakan puisi karya Gus Mus berjudul Rasanya Baru Kemarin.<>

Pembaca puisi lainnya juga memfavoritkan karya Gus Mus untuk ditampilkan, diantaranya yang berjudul Di Makam Pahlawan, Negerimu dan Bendera Setengah Tiang. Puisi karya Chairil Anwar, Taufiq Ismail, Rosihan Anwar dan lainnya juga turut menyemarakkan acara tersebut.

Rozy, dalam sambutannya, menyampaikan amanat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Menurutnya, Indonesia bisa menjadi negara maju dan berhasil dengan tiga syarat. Pertama, menjaga dan memperkuat kemandirian bangsa.

“Karena kemandirian adalah dasar dari kekuatan, ketahanan dan kemampuan kita untuk terus maju sebagai bangsa,” kata Rozy seperti dilaporkan Kontributor NU Online, Ahmad Sudrajat.

Kedua, bangsa Indonesia harus memiliki daya saing yang tinggi. Di era globalisasi, katanya, bangsa yang menang dan unggul adalah bangsa yang produktif dan inovatif, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, cerdas mengambil peluang, serta berani menghadapi perubahan.

Ketiga, bangsa Indonesia harus mampu membangun dan memiliki peradaban mulia. “Itulah sebabnya, kita perlu terus mempertahankan nilai, jati diri dan karakter bangsa kita yang luhur dan terhormat. Kita terus membangun peradaban yang menghadirkan persaudaraan dan kerukunan bangsa,” tandasnya.

Melalui tiga kekuatan utama itu, terang Rozy, kemandirian, daya saing dan peradaban bangsa yang tinggi, Indonesia akan mampu menghadapi berbagai tantangan dan cobaan. “Betapa pun beratnya, apa pun bentuknya dan dari mana pun datangnya,” tandasnya.  

Rozy yang juga Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama itu menunjukkan bahwa bangsa-bangsa besar di dunia selalu mau dan mampu secara sungguh-sungguh belajar dari sejarah masa lampaunya. (mkf)