Warta PENGAJIAN ONLINE RAMADHAN

Qiyamul Lail, Beribadah Kala Sepi

Sel, 25 September 2007 | 19:15 WIB

Jakarta, NU Online
Latihan terpenting pada bulan Ramadhan selain berpuasa adalah melakukan qiyamul lail atau shalat
dan berdzikir di malam hari. Jika puasa melatih seseorang untuk menahan diri dari perbuatan yang dibolehkan seperti makan dan minum, maka qiyamul lail adalah latihan menjalankan perbuatan-perbuatan sunnah dengan penuh khusu dan konsentrasi.

Pengajian Online Ramadhan kitab "Manahijul Imdad" karya ulama besar Nusantara Syeikh Ihsan Jampes, Selasa (25/9), membahas fasal tentang qiyamul lail. Pengajian diadakan di ruang redaksi NU Online, lantai V gedung PBNU Jakarta dan diteruskan melalui akun [email protected], dipandu oleh KH Arwani Faisal dari Lembaga Bahtsul Masa<>9;il (LBM) PBNU.

Diterangkan bahwa malam hari, terutama pada sepertiga malam yang terakhir, adalah saat hiruk-pikuk aktifitas manusia terhenti untuk sementara waktu. Suasana sunyi sangat membantu kita untuk menenangkan diri dan berkontemplasi.

Syeik Ihsan Jampes menyemangati kita betapa qiyamul lail di bulan Ramadhan sangat utama karena semua ibadah sunnah seperti shalat tahajjud, tasbih, atau shalat hajat itu dinilai sebagai ibadah wajib, mendapatkan pahala sebagaimana ibadah wajib.

Qiyamul lail itu semakin berlipat ganda lagi pahalanya ketika dikerjakan pada sepertiga Ramadhan yang terakhir, yakni saat terjadi malam lailatul qadar, tepatnya saat ibadah Ramadhan kita telah mengendur.

Qiyamul lail diperuntukkan bagi mereka yang telah tertidur sejenak di waktu malam, lalu bangun dan mengambil air wudhu. Di bulan Ramadhan umat Islam tentu tidak terlalu sulit untuk bangun di malam hari karena dipaksa untuk bangun melakukan sahur.

Hanya saja, bagaimana ketika menjelang, pada saat dan setelah makan sahur kita telah dimanjakan dengan berbagai sajian menarik di layar televisi? Tak sempatlah kita melakukan qiyamul lail. Jika begitu, maka latihan apa sebenarnya yang telah dijalani di malam-malam bulan Ramadhan?(nam)