Warta

Ulama Khos Minta Warga NU Aktif Dalam Pemilu 2004

Rab, 10 Maret 2004 | 01:16 WIB

Jakarta, NU Online
Sekitar 30 ulama kharismatik (khos) se-Indonesia yang berkumpul di Pondok Pesantren Buntet, Desa Mertapada, Kabupaten  Cirebon, Selasa sore meminta agar warga NU terlibat secara aktif dalam pemilu 2004 dan menggunakan hak pilihnya.

Pada silaturahmi sekaligus musyawarah yang berlangsung sejak pagi hingga sore di rumah kediaman pimpinan Ponpes Buntet, KH Abdullah Abbas itu, juga hadir Gus Dur.

<>

Ada empat kesepakatan yang dihasilkan dalam pertemuan tersebut. Kesepakatan itu ditandatangani KH Fakhruddin Masturo (Sukabumi) dan KH Abdullah Abbas (Ponpes Buntet, Cirebon).

Butir pertama dalam kesepakatan tersebut, yakni mengukuhkan pencalonan kembali KH Abdurarahman Wahid sebagai Calon Presiden RI periode 2004 - 2009.

Butir kedua, kata Abdullah Abbas, setelah melalui proses musyawarah cukup panjang, bila Gus Dur berhalangan atau terganjal persyaratan calon presiden, maka Gus Dur segera menunjuk penggantinya melalui mekanisme yang diatur oleh undang undang.

Kemudian ulama akan menyelenggarakan musyawarah kembali untuk memberi masukan tentang calon pengganti itu, setelah pemilu legislatif pada 5 April 2004.

Butir ketiga, kata dia, dalam menghadapi Pemilu 2004, ulama mendesak kepada Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PB NU) agar mengeluarkan tausiyah kepada warga NU, untuk menjaga dan memelihara persatuan serta kesatuan bangsa demi keutuhan dan keberlanjutan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Warga NU juga agar berpartisipasi aktif dalam menciptakan situasi aman demi suksesnya Pemilu 2004, serta menggunakan hak pilihnya pada Pemilu 5 April 2004 dengan penuh tanggungjawab.

Sedangkan butir keempat dalam kesepakatan itu, kata Abdullah Abbas, yakni saat menghadapi kerisauan dan keprihatinan warga NU dengan munculnya pemikiran keagamaan yang dilontarkan oleh kalangan intelektual muda NU yang nota bene bertentangan dengan doktrin ’ahlusunnah wal jamaah’, hendaknya tidak mengadopsi pemikiran tersebut sebagai bagian dari ajaran NU.

Hadir dalam musyawarah yang bertajuk ’silaturahmi para masayich’ tersebut, selain KH Abdullah Abbas sebagai tuan rumah, juga KH Sahal Mahfuz (Kanjen-Pati), KH Makhrudin Masturo (Sukabumi), KH Abdurrahman Wahid (Jakarta), KH Abdullah Faqih (Langitan), KH Sonhaji (Kebumen), KH Sofyan (Jatim).

Kemudian KH Khotib Umar (Jember), KH Kholil As’ad (Situbondo), KH Zaenal Abidin (Yogyakarta), KH Warsun (Yogyakarta), KH Abdurrahman Khudori (Magelang), Mbah KH Muhaiminan (Parakan), Mbah KH Muntaha (Wonosobo), KH Khasbullah (Cilacap), KH Masruri (Brebes), Tuan Guru KH Mukhtar Muda Nasution (Sibuhuan-Medan), Tuan Guru KH Turmudji Badarudin (Bagu Lombok), KH Sanusi Baco (Makasar), KH Hamdan Kholid (Banjarmasin), KH Sodiq (Lampung).

Selanjutnya KH Aminullah Mukhtar (Bekasi), KH Prof DR Akrom Malibary (Banten), KH Siddiq Fauzi (Jakarta), KH Abbas (Tasikmalaya), KH MUtohhar Abdurrahman (Demak), KH Habib Ali bin Sahil (Jakarta), KH Basyir (Madura), KH Fuad Hasyim (Buntet-Cirebon) dan KH Ibnu Ubaidillah (Arjawiangun-Cirebon).(red)