Warta PERBEDAAN AWAL SYAWAL

Warga Nahdliyyin Dihimbau Ikuti Keputusan PBNU

NU Online  ·  Ahad, 22 Oktober 2006 | 16:58 WIB

Jakarta, NU Online
Rais Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH. Masyhuri Na'im mengimbau kepada warga nahdliyyin di seluruh Indonesia agar mengikuti keputusan PBNU dalam hal penetapan awal Syawal tahun ini. PBNU telah menetapkan 1 Syawal 1427 H jatuh pada Selasa, bertepatan dengan 24 Oktober 2006.

“PBNU menentukan 1 Syawal 1427 H jatuh pada Selasa, 24 Oktober. Mohon ini dipahami dan ditindaklanjuti oleh warga NU di seluruh Indonesia. Yang terpenting saat ini adalah bagaimana menyosialisasikan keputusan ini secara merata kepada warga nahdliyyin,“ kata Kiai Masyhuri Na'im kepada NU Online di Kantor PBNU, Jalan Kramat Raya, Jakarta, Ahad (22/10) malam.

<>

Kewenangan PBNU, menurut Kiai Masyhuri, pada dasarnya tidak hanya sebatas penetapan 1 Syawal saja, melainkan segala hal yang bersifat nasional. “Pokoknya, segala sesuatu, kebijakan atau keputusan yang berskala nasional itu wewenang PBNU,” tegasnya.

Himbauan Kiai Masyhuri Na'im itu disampaikan menyusul beredarnya surat ikhbar (pengumuman) resmi di masyarakat dari PWNU Jatim tentang penetapan 1 Syawal 1427 H yang jatuh pada Senin, 23 Oktober. Selain berbeda dengan keputusan PBNU, ikhbar itu juga berbeda dengan keputusan resmi pemerintah yang ditetapkan bersama ormas-ormas Islam.

Menyinggung keputusan PWNU Jatim yang menetapkan 1 Syawal pada hari Senin berdasarkan laporan sejumlah orang yang melihat hilal di wilayah Bangkalan (Madura) dan Kenjeran (Surabaya), Kiai Masyhuri mengungkapkan, keabsahan hasil rukyat  tersebut patut dipertanyakan. “Saya terima informasi dari Bangkalan bahwa tadi itu cuaca di Bangkalan sedang berawan. Artinya, kalau berawan mana mungkin hilal bisa terlihat,“ gugatnya.

Para ahli astronomi dari berbagai lembaga, seperti LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional), Planetarium dan Boscha, pun menyatakan bahwa pada hari Ahad (22/10) kemungkinan untuk melihat hilal sangat sulit. Hal itu mengingat posisi ketinggian hilal berada di bawah satu derajat. Sementara, standar minimal untuk melihat hilal adalah dua derajat. “Bahkan di tempat lain ada yang minus,“ tandas Kiai Masyhuri.

Bahkan, laporan hasil rukyat dari Badan Hisab dan Rukyat (BHR) Departemen Agama menyatakan, proses rukyat di 29 tempat di seluruh Indonesia semuanya menyatakan tidak berhasil melihat bulan sama sekali, sehingga kemudian usia bulan Ramadhan di-istikmal-kan atau disempurnakan menjadi 30 hari, maka 1 Syawal 1427 jatuh pada Selasa, 24 Oktober 2006. (rif)