Nasional

KH Miftachul Akhyar Sebut Orang Bisa Kaya karena Jasa Orang Melarat

Selasa, 15 Juli 2025 | 15:00 WIB

KH Miftachul Akhyar Sebut Orang Bisa Kaya karena Jasa Orang Melarat

Rais Aam PBNU, KH Miftachul Akhyar. (Foto: NU Online/Suwitno)

Surabaya, NU Online

Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar menegaskan bahwa orang kaya seharusnya bersikap dermawan terutama kepada orang melarat. Sebab, kekayaan yang mereka miliki tak lepas dari andil doa dan usaha kalangan miskin.


"Tapi yang keterlaluan itu yang kaya raya (tapi) gak dermawan. Padahal kekayaannya itu karena jasanya orang-orang yang melarat. Kalau gak ada orang melarat gak bisa dia kaya. Siapa yang jadi karyawannya, siapa yang melaksanakan proyek-proyeknya, kalau ndak orang melarat," tegasnya dalam akun Youtube Multimedia KH Miftachul Akhyar dikutip NU Online pada Selasa (15/7/2025) siang.


Keterkaitan antara pihak miskin dan kaya, papar Kiai Miftach, merupakan suatu keniscayaan. Keduanya dapat saling melengkapi dan menguatkan. Oleh karena itu, Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) tahun 2020-2023 ini mengajak keduanya untuk bekerja sama dalam kebaikan.


"Kalau tahu begitu, ayolah yang kaya dengan yang melarat bareng-bareng gotong royong, jangan pelit," ujar pengampu kajian rutin Kitab Al-Hikam saat mengulas alasan dibalik Allah menciptakan kemudahan dan kesulitan.


Segala capaian di dunia seperti harta kekayaan dan jabatan, sejatinya berkait dengan uluran tangan orang lain. Kesadaran semacam ini berguna untuk mempersiapkan diri manakala seseorang dihadapkan dengan kesulitan. Pada saat yang sama, hal ini menegaskan bahwa satu-satunya tempat bergantung yakni Allah.


Dilanjutkan, susah dan senang adalah cara Allah menjadikan kehidupan manusia agar lebih bervariasi (talawwun), di samping sifat manusia yang gampang bosan. Kiai Miftach menyontohkan bagaimana para ulama tasawuf yang kaya raya tetapi kemudian gemar menginfakkan hartanya untuk kepentingan masyarakat.


"Gusti Allah menciptakan susah dan senang itu untuk menciptakan pangkat dan martabat kita. Orang yang siap menerima qabdhu dan basthu, sukses dan tidak sukses itu orang arif," tandas Pengasuh Pondok Pesantren Islam Miftachus Sunnah, Surabaya itu.


Kiai Miftach pun menegaskan, perilaku semacam ini memang tidak mudah sebab bertabrakan dengan kepentingan diri pribadi. Tapi banyak manfaatnya ketika terus berlatih menata hati dan membiasakan tindakan yang sudah dilakukan para orang arif dan ahli makrifat itu.