Daerah

2 Tahun Pandemi, Santri TBS Kudus Ini Lahirkan 4 Novel Fantasi

Jum, 26 Agustus 2022 | 22:30 WIB

2 Tahun Pandemi, Santri TBS Kudus Ini Lahirkan 4 Novel Fantasi

Muhammad Hasan (17 tahun) santri madrasah TBS Kudus. (Foto: Istimewa)

Kudus, NU Online
Pandemi Covid-19 selama dua tahun menghantam masyarakat untuk beralih menuju kondisi serba terbatas. Hal ini dimanfaatkan oleh sebagian orang untuk mengisi waktu dengan berbagai macam hal. Salah satunya para siswa dan santri di Kudus, Jawa Tengah.


Muhammad Hasan (17 tahun), santri Pesantren Al-Fattah Kudus sekaligus siswa Madrasah Aliyah (MA) Tasywiquth Thullab Salafiyah (TBS) Kudus waktu itu terpaksa belajar di rumah karena kondisi tempat belajarnya ditutup akibat pandemi.


Dituturkan oleh sang Ibu, Dian Nafi, putranya merasa memiliki banyak waktu luang hingga mulai mencoba menulis novel pertamanya untuk mengatasi kejenuhan. Dari tulisan tangan yang kemudian diketik di laptop, akhirnya novel pertamanya itu terselesaikan pada Desember 2020.


“Novel pertamanya laris dibeli sanak saudara dan teman-teman. Hasil penjualan bisa dipakai untuk mendaftar masuk sekolah. Sampai akhirnya di novel-novel selanjutnya ia masih menulis dengan pena andalannya yang dituliskan di dalam buku,” kata ibunya kepada NU Online, Jumat (26/8/2022).


Menurut Dian, di sela mengaji di Pesantren Al-Fattah Kudus dan belajar di sekolah, Hasan tetap menyempatnya waktu untuk menulis novel. Saking asyiknya sampai-sampai tidak terasa larut malam pun tiba.


“Ketika liburan pondok dan sekolah barulah tulisan itu diketik di laptop dan disusun menjadi novel. Novel kedua selesai pada Juni 2021, novel ketiga selesai Desember 2021, dan novel keempat selesai Juni 2022,” terang Dian.


Novel pertamanya berjudul 8 Stranger Things. Novel ini bercerita tentang santri yang bosan di pondok lalu berpetualang bersama makhluk-makhluk fantasi. Novel kedua berjudul Siluman Wadon, menceritakan tentang pemberontakan remaja yang tidak mau menjadi penerus klan siluman.


Novel ketiga berjudul Si Naga, bercerita tentang petualangan siluman naga demi menyelamatkan kampungnya. Novel keempat berjudul Sok Mben yang menceritakan tentang masa depan yang tidak ada lagi adab kesopanan.


Meskipun demikian, Dian tidak memungkiri adanya hambatan yang kadang dialami Hasan seperti hilangnya ide untuk lanjut menulis. Jika iu terjadi, Dian kerap memberi semangat dan menyarankan untuk banyak-banyak membaca dan menonton film untuk memunculkan imajinasi.


“Saya juga memotivasi agar jangan takut salah karena masih belajar, karena nantinya akan bisa diperbaiki sambal berjalannya waktu. Hasan juga suka membaca buku-buku kiat menulis dan sejenisnya,” ungkap Dian.


Kontributor: Afina Izzati
Editor: Musthofa Asrori