Daerah

9 Langkah agar Orang Tua Tenang saat Anaknya Mondok di Pesantren

Rab, 27 Juli 2022 | 16:40 WIB

9 Langkah agar Orang Tua Tenang saat Anaknya Mondok di Pesantren

Para santri di pesantren. (Foto: Istimewa)

Bandarlampung, NU Online 
Berpisah dengan anak yang harus mondok di pesantren menjadi ujian tersendiri bagi orang tua. Biasanya sosok 'malaikat kecil' ini tiap hari mewarnai suasana rumah. Namun tiba-tiba harus pergi berpisah untuk menuntut ilmu. Tentu terselip rasa berat untuk melepaskannya. 


Agar orang tua tenang dan ikhlas melepas anaknya untuk mondok di pesantren ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Pengamat keluarga dari Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung Abdul Qodir Zaelani menyebut 9 hal yang bisa dilakukan oleh para orang tua. 


Pertama, saat akan memasukkan anaknya ke pesantren, orang tua harus memastikan dulu kredibilitas pesantren dengan mencari informasi pesantren yang akan dipilih dari berbagai sisi. Jangan hanya tergiur dengan fasilitas fisiknya saja, namun lebih dari itu, kurikulum dan paham keislamannya juga harus diperhatikan. 


"Jangan hanya ikut-ikutan tren. Harus mempelajari dan menelisik informasi yang utuh terhadap pesantren sehingga bisa melihat pesantren yang dituju dari berbagai sisi," ungkapnya kepada NU Online, Rabu (27/7/2022). 


Kedua, orang tua harus mengkomunikasikan kepada anak beberapa tahun sebelum waktunya mondok di pesantren. Jelaskan kepada mereka kenapa harus mondok, apa dan di bagaimana pentingnya mondok, dan hal lainnya yang memicu anak untuk pergi ke pondok. Hal ini akan memberi gambaran pada anak tentang mondok di pesantren. 


"Komunikasi tersebut dikuatkan dengan informasi pondok bisa melalui Youtube atau langsung ke pondok pesantren yang akan dituju. Tujuannya, keputusan anak untuk pesantren bersifat intrinsik. Sehingga, ketika kita tawarkan anak untuk mondok, dengan sendirinya ia akan mengatakan “saya mau mondok”," jelasnya. 


Jika anak mondok di pesantren karena kesadaran dirinya sendiri, maka mental anak sudah terbangun dan apapun aturan yang diberikan pondok akan dijalani semaksimal mungkin. Ini tentu akan menjadikan orang tua tenang. 


Ketiga, jika anak sudah masuk di pesantren, maka orang tua harus mengikhlaskannya meskipun terasa berat. Apalagi orang tuanya belum pernah merasakan mondok di pesantren. Orang tua juga harus siap memasrahkan sepenuhnya anaknya kepada pesantren untuk dididik. 


"Salah satu kepasrahan orang tua adalah percayakan sepenuhnya pengajaran dan pendidikan pesantren kepada anak. Karena ikhlas sepenuh hati tanpa beban, dan pasrah sepenuhnya kepada pondok untuk mendidik anak kita, merupakan hal penting bagi orang tua," ungkapnya.
 

Keempat, berilah nafkah anak yang di pondok dengan nafkah yang halal dan proporsional. Dengan nafkah yang halal, maka insyaallah darah yang mengalir akan membawa berkah untuk anak. 


Kelima, jika merasa kangen begitu berat, maka orang tua bisa berkirim doa dan al Fatihah untuk anak. begitupun, ketika anak tidak betah dan terdapat beragam masalah yang terjadi di pondok, maka bisa dirutinkan setiap habis shalat Maghrib membaca al fatihah untuk anak, bila perlu sampai 41 kali membaca Al-Fatihah.


Keenam, sebaiknya bagi orang tua yang akan mengirimkan makanan ataupun oleh-oleh ke pondok, dipersiapkan juga untuk teman-temannya. 


"Setidaknya berbagi makanan yang diberikan orang tua kepada teman-teman anak kita di pondok. Karena hal tersebut akan membantu anak kita, ketika keadaan sulit, temannya pun insyaallah akan menolongnya," ujarnya.


Ketujuh, jaga komunikasi sesuai aturan pesantren dan terus beri motivasi untuk semangat belajar di pesantren terlebih saat pulang. Tanamkan kepada anak, bahwa pesantren adalah pilihan terbaik bagi anak untuk masa depannya kelak, seperti melatih kemandirian dan disiplin diri. 


"Terus beri semangat kepada anak untuk menimba ilmu di pesantren, serta tanamkan keikhlasan kepada anak selama di pondok pesantren," imbaunya. 


Kedelapan, orang tua terus berikhtiar dan berusaha semaksimal mungkin untuk terus membiayai kebutuhan anak di pesantren. Tentu dalam perjalanannya, kendala dana dan lainnya kadang datang kepada orang tua. 


"Dengan ikhtiar yang maksimal, dan kemauan anak belajar maksimal di pesantren, insyaallah akan membawa kebaikan dan kemudahan bagi orang tua dan anak," jelasnya. 


Kesembilan, terus jalin komunikasi vertikal dengan doa kepada Allah swt dan juga komunikasi horizontal dengan pengurus dan pengasuh pesantren untuk mengetahui perkembangan anak dalam pendidikan. Dengan komunikasi yang lancar dan baik, maka jika ditemui kendala bisa diselesaikan dengan cepat dan baik.


Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Syamsul Arifin