Daerah

“Kampung Shalawat” dari Sukoharjo

NU Online  ·  Rabu, 25 September 2013 | 18:21 WIB

Sukoharjo, NU Online
Apabila Solo mengklaim dirinya sebagai Kota Shalawat, maka warga Kampung Mloyo Ngasinan Bulu Kabupaten Sukoharjo, menyebut daerahnya sebagai ‘Kampung Shalawat’. Memang sah-sah saja mereka menjuluki dengan nama tersebut. Namun, tentu ada yang mendasarkan penamaan itu.
<>
Salah seorang warga, Fisal, menuturkan sebutan ‘Kampung Shalawat’ berawal dari sebuah usul seorang tokoh agama setempat, Ustad Muhammad Rafi Bardi. “Sekitar tahun 2011, Pak Bardi yang memberikan nama tersebut,” ungkapnya saat dihubungi NU Online, Ahad (22/9).

Saat dikonfirmasi, Pak Bardi, begitu sapaannya membenarkan keterangan yang disampaikan oleh Fisal. “Karena setiap hari, warga kami biasa mengamalkan untuk membaca 2000 shalawat,” papar Bardi.

Di samping itu, Bardi menambahkan di kampungnya juga rutin diselenggarakan kegiatan shalawat. “Paling tidak setiap Minggu kita adakan acara pembacaan shalawat,” katanya.

Secara bergilir setiap minggunya dibaca berbagai macam kitab maulid, seperti al-Barzanji, Simtuddurar, dan Burdah. Kegiatan tersebut ternyata mendapat respon positif dari warga. Ratusan warga antusias mengikuti setiap kegiatan shalawat yang diadakan.

Bardi menuturkan, kini ia bersama warga tengah membangun sebuah gedung, yang kelak akan diberi nama gedung shalawat. “Sementara ini kegiatan terpusat di Masjid Nur Hidayah, selain juga berkeliling dari rumah ke rumah,” jelasnya.

Kegiatan shalawat di kampung Mloyo ini juga tak lepas dari peran para habaib, diantaranya Habib Noval al-Idrus, Habib Syarif Mulachela, Habib Muhammad al-Habsyi dan lainnya. Secara bergantian, mereka mengisi kajian rohani kepada warga.

Namun, upaya warga ‘Kampung Shalawat’ untuk memperbanyak pujian kepada Nabi Muhammad saw. ini ternyata tak luput pula dari tantangan. Beberapa kelompok yang tidak suka dengan kegiatan mereka ini, bahkan pernah datang untuk menghentikan kegiatan shalawatan. Namun, oleh Badir oknum tersebut kemudian diajak bertemu untuk menjelaskan argumennya. “Kita tidak usah takut dengan mereka,” tegasnya.

Bagi Badir dan warga ‘Kampung Shalawat’ lainnya, berbagai ancaman dan tantangan yang datang merupakan hal yang biasa terjadi. Namun, tak menyurutkan langkah mereka untuk tetap menyuarakan shalawat nabi dan dakwah di daerah pelosok Sukoharjo bagian selatan itu. (Ajie Najmuddin/Abdullah Alawi)