Daerah

Amalan agar Tidak Fakir menurut Murid KH Hasyim Asy'ari

Sab, 2 Januari 2021 | 12:30 WIB

Amalan agar Tidak Fakir menurut Murid KH Hasyim Asy'ari

KH Abdurrahman Bajuri (paling kanan) bersama NU Backpaker, Jumat (1/1). (Foto: Istimewa)

Purworejo, NU Online

Para aktivis NU Backpacker, yaitu komunitas bagi para petualang NU, mendapat ijazah atau amalan doa dari KH Abdurrahman Bajuri, murid langsung hadratussyaikh KH Muhammad Hasyim Asy'ari, pendiri Jam'iyyah Nahdlatul Ulama, Jumat(1/1) petang.

 

"Sabda Nabi Muhammad, barangsiapa membaca: Laa Haula walaa quwwata Illa billaahil 'aliyiiyil 'adzim (لا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ العَلِيِّ العَظِيْمِ) sehari 100 kali, tidak akan terkena penyakit fakir," terang Kiai Bajuri.

 

Kiai Bajuri meminta agar mantap dalam mengamalkan, bahwa ijazah ini dari hadis Nabi Muhammad SAW dan diterimanya secara langsung dari Hadratussyaikh KH Muhammad Hasyim Asy'ari, ketika mondok di sana mulai tahun 1938 sampai Indonesia merdeka.

 

Selain itu, ia juga meminta agar ijazah atau amalan ini untuk ditularkan kepada keluarga dan handai taulan. "Ini kalau dibaca 100x tidak sampai 5 menit," ungkapnya, memantapkan.

 

Sebelumnya, kepada 14 aktivis NU Backpacker yang sowan di kediamannya di Dusun Carikan, Brunosari, Bruno, Purworejo, tersebut Kiai Bajuri juga bercerita singkat mengenai awal-awal proses berdirinya Nahdlatul Ulama.

 

Menurut kiai kelahiran 1921 ini, salah satu doa yang diamalkan para pendiri NU untuk meminta kepada Allah SWT agar Indonesia merdeka dari belenggu penjajah adalah kalimah thayyibah yang dikenal di kalangan umat Islam dengan istilah Hauqalah tersebut.

 

Arya Toha, aktivis NU Backpacker dari Jawa Timur mengaku merasa mendapat pengalaman berharga dari pisowanan ini. "Saya sampai terharu waktu beliau bercerita tentang perjuangan para kiai kita terdahulu," ungkapnya kepada NU Online.

 

Menurut Koordinator Pusat NU Backpacker Muhammad Hidayatullah, acara pisowanan memang sudah menjadi salah satu tradisi komunitas ini. "Ada ziarah, sowan, traveling, mendaki, ngaji, dan masih banyak lagi. Kita ingin mempopulerkan tradisi ini kembali ke kalangan milenial," pungkasnya.

 

Kontributor: Ahmad Naufa
Editor: Kendi Setiawan