Daerah PMII PILAR UTAMA NU

Arif Junaidy: Raih Zaman Keemasan!

NU Online  ·  Kamis, 21 September 2006 | 06:26 WIB

Surabaya, NU Online
Pengurus Koordinator Cabang (PKC) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Jawa Timur lima sampai sepuluh tahun mendatang diprediksi bakal meraih zaman keemasan. Tentu saja ada syaratnya, yakni kader PMII harus mampu berinteraksi dengan NU dan semua elemen bangsa secara konsisten.

Penegasan ini disampaikan Ketua Komisi D DPRD Jatim, Moch Arif Junaidy SH, saat menjadi narasumber dalam pertemuan dengan aktivis PMII Korcab Jatim di kantornya, Jl. Ketintang Baru XVI/7 Surabaya, Rabu (20/9) kemarin.

<>

Lebih jauh Arif mengatakan, kelebihan PMII dibanding kader lain di lingkungan NU adalah karena mereka dididik secara spesifik sebagai kader pergerakan. Khususnya di lingkungan kampus. Karena itu sekarang PMII bisa menjadi kekuatan utama bagi NU. “Jujur, saya berani katakan bahwa orang-orang berkualitas di lingkungan NU maupun PKB saat ini berasal dari kader-kader PMII,” katanya.

Mantan aktivis PMII Jatim ini menegaskan, syarat utama PMII bisa menjadi besar adalah harus ditopang oleh NU. Kebetulan di Jatim NU sangat besar. “Selama PMII mampu berinteraksi dengan NU kultural maupun struktural, maka saya kira NU Jatim 5-10 tahun ke depan larinya pasti ke PMII. Tepatnya, PMII itu diharapkan menjadi leader bagi kepentingan NU ke depan,” tegas Arif.

Dia menambahkan, selama ini kader PMII juga lebih condong terjun ke dunia politik. Hal itu juga karena pengaruh historis dan sosial NU yang tidak lepas dari percaturan gerakan politik di Indonesia sehingga timbul kesan bahwa NU tak lepas dari politik.

“Kalau mau mencari contoh figur orang-orang NU yang berkecimpung di gerakan politik ya sangat banyak jumlahnya. Misalnya KH Hasyim Asy’ari, KH Wachid Hasyim, KH Munasir Ali, KH Ahmad Sidiq, KH Wahab Chasbullah, KH Mansur, dan lain sebagainya. Mereka bukan saja politisi melainkan juga pejuang,” tegasnya.

Lebih lanjut Arif mengatakan, menurut beberapa kiai, dunia politik dihukumi “abu-abu”. Hal itu memang ada benarnya. Meski demikian bidang tersebut tidak boleh ditinggalkan begitu saja oleh NU.

“Sebab kalau kita sampai meninggalkannya maka NU akan rugi sendiri karena segala kebijakan pemerintah berada di wilayah tersebut. Makanya saya terjun ke politik. Ini bagian dari perwujudan orang-orang di lingkungan NU yang berkiprah di politik,” paparnya.

Aktivis PMII tahun 1990-an ini menjelaskan, bahwa untuk bisa meniru dan meneladani tokoh-tokoh pergerakan dari kalangan NU, maka mulai sekarang PMII harus lebih aktif menempa diri dalam segala aspek bidang kehidupan. Salah satunya adalah perlunya dibentuk tim khusus public opinion.

“Dalam sebuah pergerakan, public opinion itu perlu, adakalanya harus keras dan kadang harus bisa negosiasi. Sebab dari situlah nantinya akan mampu membentuk talenta-talenta orang yang tangguh dan pantas dijadikan sebagai pemimpin,” pungkas Arif Junaidy. (dtm/ud)