Daerah

Banyak Tindak Kriminal, Diharap Lebih Waspada Gunakan Internet

NU Online  ·  Sabtu, 8 September 2018 | 14:30 WIB

Yogyakarta, NU Online
Perkembangan penetrasi internet sangatlah cepat. Lebih dari separuh penduduk dunia atau 4.02 miliar pengguna internet. Dan di Indonesia ada 120 juta pegguna internet, sehingga menempati peringkat ketiga pengguna terbanyak di dunia.

Hal itu disampaikan Tri Kuntoro P saat membuka seminar dan edukasi ke masyarakat di Convention Hall Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, Sabtu (8/9). Dalam paparannya, dosen jurusan ilmu komputer dan elektronika Universitas Gajah Mada itu mengangkat tema kesadaran keamanan data pribadi.

Dalam pandangannya, kondisi teknologi informasi dan internet sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia modern. Dimulai dengan hadirnya perangkat komputer atau PC di perkantoran, warnet, perumahan maupun sekolah. 

“Era PC yang kemudian saat digantikan smartphone yang menjadi teman setia kita di mana saja dan kapan saja, termasuk ketika bepergian tidak pernah ketinggalan, bahkan saat tidur sekalipun,” katanya.

Menurutnya, serangan dan kejahatan siber sudah merajalela. Banyak oknum yang tidak bertanggung jawab termasuk cracker atau peretas memanfaatkan beragam cara untuk melakukan tindak kriminal. “Mulai dari pencuriam identitas, perusakan data, hingga pencurian uang,” ungkapnya. Banyak modus serangan siber di dunia maya dan di antaranya adalah phising, bullying dan social engineering, lanjutnya. 

Sebagai solusi mengatasi masalah tersebut, Andri Setiawan dari Badan Sistem Informasi Universitas Islam Indonesia (UII) memaparkan bahwa semua harus bijak dalam memberikan data pribadi di medsos dan menggunakan enkripsi untuk menjaga integritas data.

"Kedua, berhati-hati menggunakan wifi publik terutama jika ingin melakukan transaksi keuangan, perbankan, ecommerce, credit cards serta aplikasi yang strategis,” ungkapnya.

Kemudian ketiga, harus rajin update system. “Karena malware atau virus selalu mencari kelemahan di setiap sistem agar bisa dibobol,” sergahnya. 

Sistem operasi software anti virus komputer dan smartphone harus diperbarui (update) sesuai rekomendasi pabrik. “Sehingga keamanan sudah menggunakan sistem terbaru yang sudah diuji coba terhadap malware versi sebelumnya,” urainya.

Secara spesifik, dirinya menyarankan untuk tidak sembarangan membuka situs. "Jangan klik link web dan download file yang tidak dikenal karena dapat membangun malware, virus, ransomware yang ada di file yang didownload atau attachment yang diklik,” jelasnya. 

Konsekuensinya data dalam gawai sudah terkontaminasi. “Termasuk daftar alamat atau addres book digunakan oleh peretas untuk fase duplikat malware dan penyebaran berikutnya." ujarnya.

Acara tersebut dibuka oleh Direktur Proteksi Ekonomi Digital BSSN (Badan Siber dan Sandi Negara), Anton Setiyawan. 

Dalam sambutannya menyampaikan topik yang dibahas kali ini sedang hangat dibicarakan berbagai kalangan. Tema yang diangkat sangat menarik untuk pembekalan masyarakat dalam penggunaan media sosial. (Linatul Hikmah/Ibnu Nawawi)