Daerah

Cegah Kencing Manis, Ratusan Warga Ikuti Senam Diabetes

Sab, 24 November 2018 | 12:00 WIB

Sidoarjo, NU Online
Upaya mencegah penyakit diabetes atau kencing manis dilakukan ratusan warga Sidoarjo, Jawa Timur. Salah satunya dengan mengikuti senam diabetes yang diselenggarakan rumah sakit NU. Senam diabetes ini diikuti ratusan warga yang sebagian besar sudah usia lanjut atau lansia, Sabtu (24/11).

Kegiatan yang dilakukan di halaman parkir timur, Rumah Sakit Islam (RSI) Siti Hajar Sidoarjo ini, bertujuan memberikan semangat berolahraga kepada peserta. Baik yang sudah terkena diabetes maupun mereka yang sehat.

Dokter spesialis penyakit dalam RSI Siti Hajar Sidoarjo, dokter Atik Yuniani mengatakan, senam diabetes ini merupakan salah satu langkah pengcegahan penyakit diabetes. “Selain melakukan senam, pencegahan lainnya bisa dilakukan dengan cara mengatur pola makan yang baik, rutin berolahraga dan terapi. Hal itu bertujuan untuk memecahkan kalori,” katanya.

Dalam penjelasannya, senam diabetes sekaligus untuk memperingati hari diabetes sedunia yang diperingati setiap tanggal 14 November. “Sebelumnya, pihak rumah sakit juga melakukan penyuluhan diabetes kepada keluarga pasien,” kata dokter Atik, sapaan akrabnya.

Senam ini juga dijadikan sebagai ajang perlombaan. “Bagi peserta yang menang atau terpilih jadi juara akan mendapatkan tropi dan penghargaan dari rumah sakit,” jelasnya.

Untuk mengetahui penyakit diabetes, Atik menyarankan kepada masyarakat untuk melakukan pemeriksaan gula darah. Bagi yang terkena diabet akan diketahui dengan adanya pengecekan tersebut.

“Tanda-tanda terkena diabetes awalnya merasa haus, banyak minum, banyak kencing dan berat badannya turun. Berikutnya akan merasakan gatal-gatal, mengantuk, kesemutan,” katanya.

Ia menjelaskan, terapi diabet itu ada lima pilar di antaranya melakukan penyuluhan diabetes kepada pasien, latihan, memecah kalori, mengatur pola makan. “Termasuk terapi obat-obatan dan olahraga dan melakukan senam diabetes,” ungkapnya.

Diketahui bahwa, jumlah penderita diabetes melitus di Indonesia cukup mengkhawatirkan, karena berada di urutan keempat dengan prevalensi tertinggi di dunia setelah India, Cina dan Amerika. (Moh Kholidun/Ibnu Nawawi)