Daerah

Dalam Ber-NU, Pengurus Harus Punya Ciri Sama

Sen, 16 Desember 2019 | 00:30 WIB

Dalam Ber-NU, Pengurus Harus Punya Ciri Sama

Konferensi Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Kecamatan Sukoharjo di Desa Siliwang. (Foto: NU Online/Faizin)

Pringsewu, NU Online
Nahdlatul Ulama adalah organisasi keagamaan dan kemasyarakatan terbesar di Indonesia. Dalam mengemban dan menjalankan amanah, pengurus harus benar-benar memegang empat prinsip yang menjadi ciri khas NU sekaligus menguatkannya kepada warga NU.
 
"Pengurus NU harus memiliki amaliah, fikrah, harakah, dan ghirah yang sama. Kalau tidak memiliki empat hal ini, atau salah satunya berbeda maka akan terjadi masalah," kata Ketua NU Pringsewu, Lampung H Taufik Qurrahim pada Konferensi Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Kecamatan Sukoharjo di Desa Siliwangi, Ahad (15/12) malam.
 
Persamaan amaliah ini terkait dengan cara beribadah. Pengurus dan warga NU harus memiliki ideologi Ahlussunah wal Jamaah dengan berpegang pada Al-Qur'an, sunah Nabi, dan para sahabat dengan sanad keilmuan yang jelas. Tidak berpaham lain atau mencampur adukkannya dengan ideologi lain.
 
Persamaan Fikrah adalah satu dalam pemikiran, cara pandang atau berpikir di mana Nahdlatul Ulama senantiasa mengusung nilai-nilai yang berhaluan pada konsep tasammuh (toleran), tawassuth (moderat), tawazzun (seimbang) dan ‘adalah (adil). 
 
"Pengurus dan warga NU juga harus satu barisan dalam harakah atau gerakan. Gerakan yang selaras dan satu koordinasi dengan keorganisasian NU," tegasnya.
 
Jadi menurutnya akan aneh jika pengurus atau warga NU malah masuk dalam gerakan atau organisasi yang justru bertentangan dengan gerakan NU. Terlebih masuk dalam gerakan yang ingin menghancurkan NU. Karena saat ini sudah ada yang amaliahnya NU namun harakahnya bukan NU malah berseberangan dengan NU.
 
Dan yang keempat adalah ghirah yakni semangat berjuang harus serempak untuk berkhidmah kepada NU. Hal ini dilakukan dengan penguatan dan konsolidasi organisasi di semua levelnya.
 
"Al haqqu bila nidzamin qad yaghlibihul batil binnidzam. Kebenaran yang tidak terorganisir dengan baik bisa dikalahkan dengan kebatilan yang terorganisir dengan baik," katanya pada konferensi yang diikuti oleh pengurus MWCNU dan Ranting NU se-Kecamatan Sukoharjo.
 
Dalam Konferensi tersebut terpilih KH Sutarto M Idris dan Irsadul Ibad sebagai Rais Syuriyah dan Ketua Tanfidziyah MWCNU Sukoharjo masa khidmah 2019-2024. Kiai Sutarto terpilih melalui mekanisme Ahlul Halli wal Aqdi (Ahwa) sementara Irsadul Ibad terpilih secara aklamasi.
 
Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Syamsul Arifin