Daerah

Diklat Pemulasaran Jenazah di Masjid Gus Dur Disambut Antusias

Ahad, 8 Maret 2020 | 19:00 WIB

Diklat Pemulasaran Jenazah di Masjid Gus Dur Disambut Antusias

Diklat pemulasaraan jenazah di Masjid Al-Munawwaroh, Jakarta Selatan, Ahad (8/3). (Foto: NU Online/Musthofa Asrori)

Jakarta, NU Online
Pendidikan dan pelatihan (diklat) pemulasaran jenazah yang digelar di Masjid Jami’ Al-Munawwaroh di Jalan Warung Sila 10 Ciganjur Jakarta Selatan berlangsung seru. Para peserta tampak antusias mengikuti hingga tuntas pada kegiatan yang berlangsung di masjid yang kerap disebut Masjid Gus Dur ini.
 
Ketua Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Masjid Jami’ Al-Munawwaroh Ciganjur, H Syaifullah Amin, dalam sambutannya mengatakan latar belakang digelarnya kembali 'Diklat Pemulasaraan Jenazah' atas usulan dan masukan warga setempat.
 
"Bermula dari permintaan jamaah kepada kami untuk mengadakan kembali pelatihan ini. Jadi, pelatihan yang sama pernah dilaksanakan dua tahun silam. Tepatnya pada 2018. Ternyata banyak yang butuh ilmu ini. Oleh karenanya pengurus DKM merasa berkewajiban mendengar usulan itu," kata Haji Amin, sapaan akrabnya.
 
Pihaknya mengaku senang dan menyambut baik kegiatan berbagi ilmu dan pengalaman tentang pemulasaraan jenazah secara islami ini. "Sebab, diklat semacam ini sangat bermanfaat bagi masyarakat Muslim. Makanya wajar jika banyak usulan untuk mengadakan pelatihan ini," tandas pria asal Kudus ini.
 
Selain itu, lanjut dia, adanya kenyataan bahwa tata cara pemulasaraan jenazah yang dilakukan sebagian masyarakat yang masih awam kerap memicu tanda tanya di antara mereka. Seperti apa tuntunan syariat Islam sebagaimana diketahui dan dan diikuti para ulama Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja) Annahdliyah.
 
Narasumber utama diklat pemulasaran jenazah, KH Misbahul Munir dari Lembaga Dakwah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LDPBNU) dalam paparannya mengatakan, dirinya terpanggil untuk berbagi pengalaman mengurusi jenazah.
 
"Perlu disadari bersama bahwa kita memiliki keluarga, baik ayah, ibu, kakek, maupun nenek, yang suatu saat akan berpulang meninggalkan kita. Oleh karena itu, kita sebagai anggota keluarga yang masih hidup wajib memastikan semua jenazah keluarga kita yang wafat diperlakukan dengan baik," ujar Kiai Misbah mengawali paparan.  
 
Kiai asal Madura ini mengatakan, bila ada tanda sakaratul maut, maka ada beberapa langkah yang harus dilakukan. Pertama, menidurkannya pada sisi lambung kanan menghadap kiblat bila memungkinkan. 
 
"Bila tidak, maka diletakkan dalam posisi telentang. Sedangkan wajah dan telapak kakinya dihadapkan ke kiblat. Hal ini akan memudahkan keluarnya ruh," ungkapnya.
 
Kedua, lanjut dia, membacakan kalimat tauhid (laa ilaaha illaallah). Ketiga, membacakan surat Yasin dan surat Ar-Ra’du. "Keempat, menegukkan air," tutur alumnus Pesantren Sidogiri Pasuruan Jawa Timur ini. 
 
Selain menceritakan pengalaman dengan diselingi joke-joke segar, Kiai Misbah juga mempraktikkan proses pemulasaraan jenazah dari awal sampai akhir. Mulai memandikan, mengkafani, menshalatkan, hingga menguburkan jenazah secara baik dan benar sesuai kaidah Aswaja Annahdliyah.
 
Pewarta: Musthofa Asrori
Editor: Kendi Setiawan