Daerah

Dilema Pendidikan Jarak Jauh di Pedesaan

Sab, 25 Juli 2020 | 10:30 WIB

Rembang, NU Online
Virus Corona yang mewabah akhir-akhir ini mengharuskan turunnya kebijakan baru dari pemangku pendidikan. Sebagai langkah antisipasi dan pencegahan penyebaran virus Corona, pihaknya menerapkan sistem Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Hal itu dilakukan melalui media daring (online).

 

"PJJ ini sebenarnya sudah dapat berjalan, tapi juga masih banyak kendala, baik oleh guru maupun siswa," kata Sekretaris Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Rembang Muhtar Nur Halim kepada NU Online, Jumat (24/7).

 

Ia mengatakan, kebutuhan kuota internet bagi pengguna HP Android untuk akses pendidikan menjadi salah satu masalah dalam menjalankan pembelajaran jarak jauh melalui daring ini.

 

"Guru setidaknya membutuhkan 10GB perbulan untuk bikin konten pembelajaran, siswa juga setidaknya membutuhkan 4GB perbulan untuk akses pembelajaran," jelas Muhtar yang juga Kepala MA YSPIS Gandrirojo Kecamatan Sedan, Rembang ini.

 

NU lanjut Muhtar, juga sudah mengelola dengan semaksimal mungkin, bagaimana PJJ ini bisa berjalan dengan baik. Baik itu melalui Kelompok Kerja Madrasah (KKM), maupun Lembaga Pendidikan Ma'arif.

 

"NU sudah bekerja semaksimal mungkin, lewat KKM maupun LP Ma'arif. Tapi ya guru dan siswa harus bekerja ekstra juga, apalagi yang hidup di pedesaan," katanya.

 

Aan AN pendidik di salah satu sekolah swasta di Rembang mengatakan, banyak hal yang harus dilakukan sebagai langkah adaptasi sistem ini. "Pertama, kesiapan guru menguasai aplikasi pembelajaran secara daring. Ini merupakan langkah pertama yang harus dilakukan sebelum mentransfer ilmu kepada peserta didik lewat daring," jelasnya.

 

Yang kedua lanjutnya, penyediaan sarana pembelajaran. Yaitu berupa hardware atau software. Ketiga, jaringan internet dan kuota, baik dari guru maupun siswa.

 

"Ketiga syarat ini apabila dikuasai maka pembelajaran daring akan menjadi efektif. Akan ada interaksi timbal balik antara guru dan siswa," tambah Aan yang juga mantan Wakil Ketua PC IPNU Rembang tersebut.

 

Tapi menurutnya, kesiapan guru dan siswa untuk menerima hal yang demikian ini secara spontan dirasa cukup mengejutkan. Karena dalam waktu yang relatif singkat mereka dituntut untuk secara cepat menguasai teknologi baru.

 

"Guru harus berpikir keras menguasai aplikasi baru dalam pembelajaran, belum lagi siswa butuh waktu untuk menguasainya juga," ungkapnya.

 

Disampaikan, masih ada kendala lain, yakni jaringan internet yang ada di desa. Kebutuhan finansial bagi orang tua siswa membelikan kuota, handphone untuk belajar dan lain sebagainya. Dengan adanya pandemi ini juga perekonomian mereka (orang tua siswa) tidak stabil," katanya.

 

Ia menambahkan, butuh penanganan ekstra bagi pemangku kebijakan. Bagaimana tetap bisa melaksanakan pendidikan secara keberlanjutan, efektif, dan juga tetap menjaga diri sesuai protokol kesehatan.

 

Kontributor: Najib
Editor: Abdul Muiz