Daerah

Dulu Benci NU, Kini Semangat Menjaganya Membara

Sab, 26 Oktober 2019 | 08:01 WIB

Dulu Benci NU, Kini Semangat Menjaganya Membara

Peringatan dan tasyakuran Hari Santri di Mustikajaya, Kota Bekasi, Jawa Barat. (Foto: NU Online/Aruelgete)

Bekasi, NU Online
Rais Syuriyah Majelis Wakil Cabang Nahdlatul (MWCNU) Mustikajaya, Kota Bekasi, Jawa Barat, Ustadz Rohidi dulu termasuk orang yang tidak begitu suka dengan NU.
 
Demikian ini diungkapannya saat peringatan Hari Santri sekaligus tasyakur atas terselenggaranya Pelantikan Presiden dan Wakil Presiden RI beberapa waktu lalu, Jumat (25/10) malam di Pendopo Kantor Kecamatan Mustikajaya. Kendati begitu, dirinya tidak menjelaskan detail alasan tidak menyukai organisasi terbesar di Indonesia ini.
 
Ia lantas bercerita awal mula perlahan kagum dengan NU. Isyarat untuk aktif dan menjaga NU muncul berawal dari pertemuannya dengan salah seorang ulama asal Banten, Abuya Muhtadi.
 
"Awalnya saya bertemu dengan Abuya Muhtadi Banten. Kemudian saya minta foto. Saat itu, beliau mengenakan jaket Banser. Menurut saya, itulah isyarat bagi saya, ke depan, harus ngurusin NU," jelasnya.
 
Ia juga menegaskan, kebencian dirinya terhadap NU cukup panjang. Namun kemudian sering dengan perjalanan waktu, ia menyadari bahwa sumbernya adalah provokasi. Tak sedikit orang di sekelilingnya yang menggiringnya untuk benci kepada organisasi bentukan para ulama itu.
 
"Setelah saya belajar, ternyata saya salah. Saya akhirnya mulai belajar ke PBNU. Saya belajar banyak di sana, salah satunya adalah bahwa jangan mudah menerima berita di media. Saya sering termakan hoaks," kata Ustadz Rohidi.
 
Perkembangan media informasi dan komunikasi diakuinya memang sangat berdampak kepada pikiran dan sikap seseorang.
 
Untuk itu ia meminta kepada masyarakat agar tidak mudah menerima dan menelan mentah-mentah informasi yang beredar. Harus dilakukan cek dan ricek kebenarannya dengan malakukan tabayyun terhadap orang yang dinilai memiliki kapasitas.
 
Informasi yang kadang sengaja disebar oleh masyarakat beragam. Dari ujaran kebencian, hoaks hingga menyudutkan personal pengurus NU. Yang cukup memprihatinkan, kata dia, ujaran kebencian banyak dilakukan dengan bahasa-bahasa kasar.
 
"Tapi saya juga melawannya dengan lembut, tidak dibalas dengan kasar juga. Karena itulah yang diajarkan oleh para kiai NU," pungkasnya.
 
"Saya sangat ngurus NU bukan karena nyari jabatan atau popularitas, tapi supaya saya diakui menjadi santri Mbah Hasyim. Itu bayaran terbesar bagi saya dalam mengurus NU," imbuhnya.
 
Hadir pada kesempatan ini masyarakat sekitar, pengurus MWCNU, lurah se-Kecamatan Mustikajaya, Kapolsek, Danramil, hingga Camat Mustikajaya, Gutus Hermawan. Tampak hadir, Mustasyar MWCNU Mustikajaya, KH Ahmad Iftah Sidik dan Habib Hasan Abdul Hadi Ba'abud.
 
Di akhir sesi, Rais Syuriyah MWCNU Mustikajaya, Ustadz Rohidi membaiat Camat Mustikajaya, Gutus Hermawan menjadi Mustasyar MWCNU Mustikajaya.
 
Kontributor: Aruelgete
Editor: Syamsul Arifin