Jember, NU Online
Program On Pesantren One Product (OPOP) yang digagas Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, ternyata memicu kreativitas sejumlah pondok pesantren untuk melahirkan produk.
Hal ini terlihat saat digelar Workshop di Pondok Pesantren Raudhatut Thalabah, Desa Klungkung, Kecamatan Sukorambi, Kabupaten Jember, Jawa Timur, Ahad (1/3).
Dalam Workshop tersebut juga ditampilkan berbagai produk sejumlah pesantren, di antaranya adalah kopi, madu, tape, mamiri, dan kerajinan tangan. Semua produk tersebut asli hasil tangan para santri dan pesantren.
“Kami ingin produk-produk itu tidak musiman tapi berkelanjutan,” ucap Koordinator Gerakan OPOP Jember, Imam Bukhari kepada NU Online di sela-sela acara.
Menurut Bukhari, Gerakan OPOP yang digemakan Gubernur Khofifah dimaksudkan untuk mendukung kemandirian pesantren. Dengan produk yang dihasilkan, maka pesantren memulai bergerak di sektor ekonomi.
Idealnya, lanjut Bukhari, pesantren memang memiliki unit usaha demi mendukung operasional dan pendanaan lembaga tersebut.
“Memang yang namanya usaha, kita bisa memulai dari hal yang kecil-kecil dulu. Lama-lama bisa besar juga asal konsisten. Bahkan ada pesantren yang sudah memiliki toko modern berjaringan. Di grup OPOP, kita usahakan jaringan pemasarannya,” tambahnya.
Alumni Pesantren Salafiyah Syafi’iyah, Sukorejo, Kecamatan Asembagus, Situbondo itu menegaskan, sejatinya pesantren memiliki potensi untuk mengembangkan ekonomi. Sebab santri sejak lama dikenal ulet dan mandiri. Namun diakuinya belum ada sentuhan dan arahan yang memadai dari pemrintah untuk pengembangan ekonomi tersebut.
“Santri, apalagi di desa itu sangat ulet. Bahkan kalau dulu, itu jika pas musim tanam tembakau, santri pulang untuk membantu orang tuanya,” ungkapnya.
Koordiantor Kampung SDGs (Sustainable Development Goals) Jember, H Misbahus Salam memberikan apresiasi terhadap pesantren yang telah berpartisipasi dalam gerakan OPOP.
Menurutnya, gerakan OPOP bisa dijadikan momentum bagi kebangkitan pesantren menuju ekonomi mandiri.
Dikatakan H Misbah sapaan akrabnya, tujuan gerakan OPOP bukan sekadar membuat pesantren mandiri secara ekonomi, tapi juga bisa menghasilkan sesuatu yang lebih bagi lembaga tersebut, sehingga juga berdampak kepada santrinya.
“Kalau bicara soal kemandirian pesantren, itu sebenarnya sudah lama terjadi. Tapi yang kita butuhkan lebih dari sekadar mandiri, sehingga bisa memberikan nilai tambah bagi masyarakat sekitarnya,” jelasnya.
Pewarta: Aryudi AR
Editor: Abdul Muiz