Gerhana Bulan Jangan Dikaitkan dengan Mitos, Tapi Kebesaran Allah
Kam, 9 Oktober 2014 | 15:02 WIB
Lumajang, NU Online
Wakil Ketua Takmir Masjid Anas Mahfudz, Lumajang, H. Muhammad Arifin mengatakan, gerhana bulan yang terjadi dalam waktu-waktu tertentu tidak perlu dikaitkan dengan mitos, tapi merupakan tanda-tanda kebesaran Allah.
<>
Menurutnya, gerhana bulan harus dipahami sebagai karunia sekaligus pertanda kuasa Allah.
"Coba, siapa yang bisa membuat bulan jadi merah kena gerhana, siapa yang mampu, itu hanya Allah," katanya sesaat sebelum menggelar Shalat Khusuf di masjid tersebut, Rabu (8/10).
Ia mengakui masih banyak orang yang menghubung-hubungkan terjadinya gerhana bulan dengan sesuatu yang akan menimpa seseorang jika tidak melakukan hal-hal yang "dianjurkan" dalam masyarakat.
Misalnya, lanjut dia, orang hamil ketika melihat gerhana bulan harus menggigit sesuatu di
bawah ranjang, atau harus mandi. Jika tidak, bayinya kelak akan berbibir sumbing. "Itu pemahaman yang tidak benar. Yang betul kalau terjadi gerhana bulan, ya Shalat Khusuf, karena ini sunnah mu'akkad," jelasnya.
Shalat gerhana bulan yang diinisiasi oleh PC IPNU Kabupaten Lumajang tersebut, mendapat perhatian cukup dari masyarakat setempat. "Kita ingin membiasakan melaksanakan shalat sunnah yang terkait dengan kejadian alam agar kita bisa merenung tentang kebesaran Allah," ujar pengurus PC IPNU Kabupaten Lumajang, Ainul Yaqin. (Aryudi A. Razaq/Abdullah Alawi)
Terpopuler
1
Membatalkan Puasa Syawal karena Disuguhi Hidangan saat Bertamu, Bagaimana Hukumnya?
2
Festival Ketupat Lebaran Idul Fitri, Warga Kediri dan Pengguna Jalan Dapat Nikmati Makan Gratis
3
Sungkeman saat Lebaran Idul Fitri, Bagaimana Hukumnya?
4
Doa Arus Balik Lebaran, Dibaca Sepanjang Perjalanan
5
Tellasan Topak, Tradisi Perayaan Lebaran Ketupat di Madura pada 8 Syawal
6
Hadapi Qatar di Piala Asia U-23 2024, Begini Prediksi Susunan Pemain Timnas Indonesia
Terkini
Lihat Semua