Daerah

Gus Baha Imbau Umat Islam Teladani Perjuangan Kiai Baidlowi Lasem Rembang

Sab, 29 Mei 2021 | 07:00 WIB

Gus Baha Imbau Umat Islam Teladani Perjuangan Kiai Baidlowi Lasem Rembang

Rais PBNU Gus Baha (paling kanan) di acara Haul Mbah Baidlowi Lasem Rembang (Foto: NU Online/Samsul Huda)

Rembang, NU Online

Rais Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha) mengimbau dan mengajak umat Islam meneladani sepak terjang perjuangan KH Baidlowi bin Abdul Aziz Lasem Rembang baik dalam pengembangan dakwah Islam, menyiapkan kader, maupun perjalanan sejarah kebangsaan.

 

"Mbah Kiai Baidlowi ulama yang sangat sederhana tetapi kealiman dan reputasinya mendunia," kata Gus Baha  dalam upacara Haul ke-51 KH Baidlowi Tsani bin Abdul Aziz dan KH Cholil bin Abdullah Umar di halaman Pesantren Wahdatut Tullab 'Al-Wahdah' Lasem, Kabupaten Rembang, Kamis (27/5).

 

Dikatakan, Mbah Dlowi, panggilan akrab KH Baidlowi salah satu kesuksesannya adalah santri-santri yang diasuhnya dikemudian hari menjadi tokoh, kiai, dan ulama hebat yang  tersebar di berbagai penjuru di tanah air. 

 

"Sejumlah kiai besar yang pernah mengaji kepada beliau antara lain Kiai Khudlori Magelang, Kiai Maimoen Zubair Sarang, Kiai Asrori Magelang, Kiai Sahlan Temanggung, Kiai Dahlan, Kiai Hafidz Rembang, Kiai Hasyim Purworejo, Kiai Wahib Wahab Hasbullah Jombang, dan Kiai Dimyati Banten (Abuya Dimyathi)," terangnya.

 

Cucu KH Baidlowi yang kini mengasuh Pesantren Al-Wahdah KH Ahfas Faishol Hamid Baidlowi (Gus Ahfas) menjelaskan, sejumlah ulama dan undangan yang hadir dalam haul ini antara lain KH Abdul Halim Pengasuh Pesantren Tebuireng Jombang, KH Muhammad Abdurrahman Al-Kautsar (Gus Kautsar) Ploso Kediri, Gus Ali Qoishor dari Muntilan, Watucongol, Magelang, KH Abdullah Ubab Maimoen Zubair (Gus Ubab) yang memimpin doa, Kepala Masy’aril Haram Tour (Mastour) H Jumadi Sastradihardja, KH Zaim Ahmad Maksum (Gus Zaim) Lasem, dan lain-lain.

 

Nyai Hajjah Jamilah Cholil Abdullah Umar (istri KH Abdul Hamid Baidlowi) didampingi putranya KH Ahmad Zaki Mubarok menjelaskan, Kiai Baidlowi lahir di Lasem, Rembang pada 12 Syawwal 1297 H atau 17 September 1880. Darah genetiknya masih bersambung dengan Sayyid Abdurrahman atau dikenal Mbah Syambu Lasem. 

 

"Nasab atau silsilahnya yakni Kiai Baidlowi bin Kiai Abdul Aziz bin Kiai Baidlowi bin Kiai Abdul Latif bin Kiai Abdul Bar bin Kiai Abdul Alim bin Sayyid Abdurrahman (Mbah Syambu) bin Sultan Benowo bin Jaka Tingkir (Sultan Hadiwijaya)," terangnya. 

 

Dari nasab ini lanjutnya, Kiai Baidlowi masih mempunyai hubungan darah dengan Rasulullah SAW. Sebab, Mbah Syambu adalah seorang Sayyid (keturunan Rasulullah) yang bermarga Basyaiban.

 

Menurutnya, Lasem tempat kelahiran Kiai Baidowi sejak dulu dikenal sebagai tempat penyebaran agama Islam. Kiai-kiai besar di Tanah Jawa adalah keturunan dari Lasem. Mereka tersebar ke berbagai daerah seperti Jombang, Pati, Langitan, Semarang, Jember, dan lain-lain.

 

"Sang ayah Kiai Abdul Aziz adalah tokoh terkemuka di daerah Lasem, kepadanya lah Kiai Badilowi belajar dasar-dasar ilmu keIslaman. Sejak sang ayah meninggal dunia, ketika usia Kiai Baidlowi masih tergolong remaja, ia memutuskan melakukan pengembaraan ilmu ke berbagai pesantren di Nusantara," ungkapnya.

 

Dikatakan, setelah itu melanjutkan perjalanan intelektualnya ke Haramain. Di Makkah dan berguru kepada ulama-ulama besar Haramain. Selain itu beliau juga berguru kepada ulama Nusantara seperti Syaikh Mahfudz al-Turmusi, Syaik Umar Syatha, Syaikh Ahmad Khatib al-Minangkabawi dan lain-lain. Sejak di Haramain, Kiai Baidlowi Sudah dikenal kealimannya. 

 

"Karena itu, ia dengan cepat diangkat sebagai ulama yang berwenang untuk mengajar di Masjidil Haram. Salah satu santri didikannya adalah Syaikh Yasin bin Isa al-Fadani. Bahkan karena kiprahnya yang menonjol di Tanah Haramain beliau masuk dalam kitab ‘Alamul al-Makkiyin karya Syaikh Abdallah Abdurrahman, sebuah kitab yang menghimpun ulama-ulama besar Makkah," ucapnya.

 

Diterangkan, Mbah Baidlowi kembali ke Lasem ketika muncul konflik Turki-Arab yang berkepanjangan. Kedatangannya disambut gembira oleh ulama dan masyarakat. Ia menjadi harapan perjuangan dakwah Islam, terutama melalui Pesantren Al-Wahdah Lasem, Rembang, Jawa Tengah.

 

Kontributor: Samsul Huda
Editor: Abdul Muiz