Daerah

Hancurkan Nilai Ibadah, Riya seperti Racun Ular Berbisa

Ahad, 1 Desember 2019 | 09:30 WIB

Hancurkan Nilai Ibadah, Riya seperti Racun Ular Berbisa

KH Anwar Zuhdi, Mustasyar PCNU Pringsewu, Lampung dalam Jihad Pagi di gedung NU Pringsewu, Ahad (1/12). (Foto: NU Online/ Faizin)

Pringsewu, NU Online
Mustasyar Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Pringsewu, Lampung, KH Anwar Zuhdi mengajak seluruh umat Islam untuk benar-benar menata hati dengan ikhlas dalam melaksanakan amal dan rangkaian ibadah selama hidup di dunia. Hal ini sangat penting karena keikhlasan menjadi bagian utama yang akan menentukan diterima atau tidaknya sebuah amal ibadah.
 
"Jangan sampai timbul riya (pamer) dalam beribadah. Sebisa mungkin semua karena Allah Taala. Kalau ibadah dan sedekah misalnya, jangan diungkap-ungkap kepada orang lain. Cukup kita yang tahu dengan Allah SWT," ajaknya saat mengupas Kitab Tasawuf Bidayatul Hidayah pada Ngaji Ahad Pagi (Jihad Pagi) di aula Gedung NU Pringsewu, Ahad (1/12).
 
Sifat riya jelasnya, tidak akan menambah jumlah dari amal dan sedekah yang dilakukan. Sebaliknya riya akan menghancurkan kualitas amal ibadah yang dilakukan. Riya akan meracuni kesucian ibadah seseorang secara perlahan-lahan akan keropos dan hilang pahalanya.
 
"Riya itu seperti racun ular berbisa yang bukannya membawa kesehatan malah akan meracuni dan menghancurkan seluruh amal. Bisa jadi riya akan menjadi syirkul asghar (syirik kecil)," paparnya.
 
Seperti diketahui bahwa syirik (menyekutukan Allah) menjadi dosa yang tak terampuni. Jika sedikit-sedikit sifat riya ini bercokol dalam setiap ibadah kita, bisa jadi akan menutup hati kita sehingga syirik besar bisa bersemayam dan berkuasa dalam hati.
 
"Kalau tidak ada saya, kalau bukan karena saya, kalau tidak sama dokter itu, kalau tidak karena barang ini. Nah, ini contoh-contoh syirik. Jangan sampai terucap," tegasnya mencontohkan ucapan-ucapan syirkul asghar.
 
Dengan keikhlasan dalam setiap ibadah, masing-masing individu pastinya berharap buku amal ibadah yang akan diterima pada hari kiamat kelak nanti melalui tangan kanan. Tidak diterima dengan tangan kiri ataupun dari belakang yang menunjukkan kuantitas dan kualitas ibadah yang buruk.
 
Imam ghazali dalam Kitab Bidayatul Hidayah menjelaskan harapan ini dengan sebuah doa yang diucapkan ketika membasuh kedua tangan saat wudlu.
 
"Allahummaa a'tiinii kitaabii biyamiinii. Wa haasibnii hisaaban yasairaa. Ya Allah berikanlah kitabku dari sebelah kanan dan hisablah diriku dengan hisab yang mudah," kata Kiai Anwar membacakan doa ketika membasuh tangan kanan tersebut.
 
Sementara untuk tangan kiri kita dianjurkan membaca doa: Allaahummaa innii auudubika an tu'tiani kitaabii bisyimaalai au min waraai dzahri (Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari menerima kitabku dari sebelah kiri atau belakangku).
 
Pewarta: Muhammad Faizin
Editor:  Syamsul Arifin