Daerah

Ingin Sukses, Pemuda Harus Adaptif terhadap Perubahan

Jum, 1 Mei 2020 | 16:30 WIB

Ingin Sukses, Pemuda Harus Adaptif terhadap Perubahan

Diskusi daring Ngabuburit Bareng Kopri Ciputat membinbang tentang pemuda. (Foto: Dok. Kopri PC PMII Ciputat)

Tangerang Selatan, NU Online
Hidup itu perubahan. Jika ingin sukses gemilang, para pemuda harus adaptif terhadap perubahan itu sendiri. Kita tidak bisa meng-copy kegiatan-kegiatan yang lalu tanpa ada ikhtiar adaptasi terhadap perubahan masyarakat kita.

Hal tersebut dikatakan Deputi Bidang Pengembangan Pemuda Kemenpora HM Asrorun Ni'am Sholeh dalam Ngabuburit bareng Kopri PC PMII Ciputat yang digelar Jumat (1/5) sore. Diskusi tersebut mengusung tema 'Bagaimana Menjadi Pemuda, Berbeda, dan Berbahaya?'

“Organisasi kemahasiswaan seperti PMII, HMI, dan lain-lain, jika kita bandingkan pada tahun-tahun terdahulu, kita akan kehilangan orientasi. Jika dilihat dari tahun 90-an dan berkaca ke tahun sekarang, tentu akan akan berbeda. Masing-masing aktivis, masing-masing pemuda memiliki tantangan yang berbeda,” ujar Ni'am mengawali paparannya.

“Sejauh mana pemuda masa kini bisa sukses tentu sejauh mana kita adaptif terhadap perubahan. Maka perlu ada penyesuaian-penyesuaian perubahan termasuk juga aktivitas kepemudaan. Kita tidak bisa meng-copy yang dilakukan senior, kemudian kita ulang tanpa direvisi dan inovasi,” sambung
Ni'am, sapaan akrabnya.

Secara internal, lanjut dia, pemuda mempunyai potensi luar biasa sebagai agen perubahan. Hidup ini memang terus berubah. Maka, hanya yang eksislah yang akan merasakan manfaat saat dirinya mampu adaptif terhadap perubahan. Tetapi, yang paling penting sebagai individu-individu mahasiswa adalah berkelompok dalam organisasi kemahasiswaan dan kepemudaan.

“Masing-masing individu kita sebelumnya tidak mempunyai jati diri. Jadi, jangan larut dalam aktivisme kelompok yang trennya seperti kerumunan sampai kemudian kita menemukan tren kerumunan itu,” terangnya. 

Asrorun Ni’am berpesan, agar kita tidak menafikan dan melupakan potensi individu-individu yang dimiliki. “Passion-nya apa, misalnya. Lalu, kepentingan organisasi itu untuk apa. Yaitu, untuk kepentingan mobilitas kita seperti individu lain yang ranahnya lebih luas,” paparnya.

Sebagai individu, lanjut dia, mahasiswa akan sulit membayangkan bertemu para senior, pejabat mulai camat, bupati, hingga anggota DPR dan presiden. Namun, dengan baju organisasi, kita bisa bertemu mereka.

“Tetapi, sering kali kita ketika teman-teman aktif di organisasi kemudian di dalamnya ada kerumunan, kita jadi lupa akan perkembangan potensi individu. Nah, pada saat selesai organisasi, nanti yang akan bermakna adalah kemampuan yang bersifat individu. Itulah yang harus terus ditempa,” jelasnya.  

Salah seorang peserta diskusi, Fatima Fazah memberikan pendapat, bahwa biasanya kita terlena dengan kerumunan pergerakan sampai lupa peduli dengan potensi diri sendiri. 

Selaku pemandu acara, Wulan Sari menambahkan bahwa pemuda memiliki peran krusial dalam setiap perubahan. Era digital merupakan sebuah kesempatan emas untuk mendapatkan akses ‘tsunami’ informasi sehingga bisa memberi pengaruh di semua lini sosial kehidupan masyarakat.

“Maka dari itu, kita sebagai pemuda yang mengisi era milenial sudah seharusnya aktif mengambil peran dan menebar kebermanfaatan melalui value diri (nilai-nilai positif) yang dapat ditempa melalui keaktifan di berbagai macam organisasi maupun komunitas peminatan yang sesuai dengan passion kita,” tandasnya. 
 
Wulan menambahkan, selama Ramadhan 1441 H Korps Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Putri (Kopri) Pengurus Cabang PMII Ciputat mengagendakan diskusi online (daring) dalam acara Ngabuburit bareng Kopri selama Ramadhan.

Agenda ini, kata dia, diinisiasi oleh Bidang Keagamaan dan Kewirausahaan Kopri PC PMII Ciputat. Ngabuburit yang sudah terlaksana dua kali ini dipandu oleh Ketua Kopri PC PMII Ciputat Wulan Sari Aliyatus Sholikhah, dan disiarkan langsung di akun Instagram @kopriciputatofficial dan @niam_sholeh.

Diskusi daring atau Ngabuburit Bareng Kopri ini dihadiri oleh para kader dan alumni PMII dari berbagai kota. Selain Ciputat, hadir juga dari Lampung, Semarang, Lamongan, Gresik, Sulawesi, Bogor, Yogyakarta, Palangkaraya, alumni MAN 1 Jember, dosen dan mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 
 
Kontributor: Ummy Mayadah
Editor: Musthofa Asrori