Daerah

Inovasi Santri Nuris Ciptakan Aplikasi untuk Peternak

Sab, 7 Desember 2019 | 21:00 WIB

Inovasi Santri Nuris Ciptakan Aplikasi untuk Peternak

Siswa Nuris Antirogo, Jember membuat aplikasi Animal Husbandry Corporation Technology (Abito) (Foto: Nuris Jember)

Jember, NU Online
Siapa bilang menjadi santri itu gagap teknologi alias gaptek? Tiga santri Nurul Islam Antirogo, Jember, Jawa Timur menepis anggapan gaptek tersebut. Pasalnya, mereka membuat aplikasi yang bisa membantu meningkatkan kesejahteraan para peternak. Nama aplikasinya Animal Husbandry Corporation Technology atau disingkat dengan Abito.
 
Ketiga santri itu merupakan pelajar SMA Nuris, yakni  M Syariful Umam, Nabila Rizki Amalia, pelajar kelas XII IPA dan Tegar Ramadani, siswa kelas XI IPA SMA Nuris. Ketiganya prihatin melihat kondisi sosial peternak dan melakukan penelitian.

Salah satu masalah yang ditemukan adalah  angka produksi ternak yang tidak dapat memenuhi permintaan pasar lokal. Berdasarkan data tahun 2017, angka produksi daging sapi dan kerbau hanya 354,77 ribu ton, sementara kebutuhan akan daging tersebut mencapai 604,97 ribu ton. Artinya, terdapat ketimpangan antara produksi dan kebutuhan masyarakat Indonesia.
 
"Itu terjadi karena sistem manajemen peternakan yang belum bagus," kata Fauzan Hilmi.
 
Selain itu, berdasarkan data Kementerian Pertanian, konsumsi daging masyarakat di Indonesia masih kategori rendah. Konsumsi daging ayam pada tahun 2017 sebesar 5,683 kg/kapita. Sedangkan konsumsi daging sapi hanya sebesar 0,469  kg/kapita.

Melihat masalah itu, mereka tak mau tinggal diam meskipun berdomisili di pesantren. Mereka bereksperimen dengan membuat aplikasi untuk memperbaiki manajemen hasil ternak. Khususnya daging ayam dan sapi di Indonesia. 
 
Aplikasi Abito dilengkapi dengan berbagai fitur yang dapat menunjang manajemen peternakan. "Abito merupakan  aplikasi yang memuat koperasi berbasis online untuk peternak. Aplikasi ini memiliki sistem yang kompleks, mulai dari  fitur info harga ternak yang berfungsi sebagai pedoman peternak dalam  penjualan  hasil  ternaknya," terangnya.

Selain itu, juga ada fitur  diskusi  antar peternak, fitur jual beli hasil ternak, fitur konsultasi pada ahli, serta regulasi pemerintah yang keberadaannya sangat bermanfaat untuk menunjang kegiatan peternakan. "Kami penelitian dulu selama tiga bulan," tambahnya. 

Melalui aplikasi ini, para peternak bisa mendapatkan informasi  terkait peternakan. Harapannya, para peternak bisa mendapatkan nilai tambah ekonomi, melalui penyaluran hasil produksi yang tepat.
 
"Dari aplikasi itu, peternak tau informasi harga pasar terbaru," tambah alumni SMPN 1 Kencong tersebut.

Cara kerja aplikasi ini tak jauh berbeda dengan berbagai aplikasi Android lainnya. Seperti login melalui Gmail atau Facebook. Lalu, pemilik akun akan masuk pada halaman utama dengan beberapa fitur di dalamnya.
Seperti fitur Kandang.in, yakni sebuah platform investasi peternakan yang didukung oleh teknologi. Fitur ini menyediakan tempat bagi investor untuk berinvestasi secara online dengan mudah. Platform ini menyediakan kualitas terbaik untuk ternak terbaik dari mitra peternak yang  professional.
 
Selain itu, ada juga fitur ternaknesia, yakni platform investasi yang menyinergikan peternak lokal, pemilik modal, pasar, dan pakar untuk mewujudkan kemandirian peternakan dan ketahanan pangan nasional. Ternaknesia membuka kesempatan bagi investor untuk berinvestasi dengan peternak mitra secara online. Selain itu, Ternaknesia menyediakan pemesanan hewan qurban, aqiqah, dan produk ternak dari peternak Indonesia secara mudah.

Di samping itu, banyak fitur lain yang bisa meningkatkan kesejahteraan petani. Namun, aplikasi ini masih berupa prototype, belum bisa digunakan secara maksimal. Karena harus bekerjasama dengan berbagai pihak industri.
 
"Sekarang kita masuk era industri digital, harus berinovasi, kami ingin tunjukkan santri itu bisa," tegas Fauzan Himi.
 
Inovasi santri ini pun mendapat apresiasi dari pengasuh Nuris, Gus Robith Qosidi. "Ini menunjukkan pesantren peka dengan perkembangan era digital," ucapnya.
 
Menurut dia, pesantren tidak ketinggalan zaman dalam bidang teknologi dan sains. Bahkan bisa memberikan solusi bagi persoalan yang sedang dialami oleh bangsa. "Santri bisa memulai start up baru, seperti di bidang e-commerce," ujar alumni universitas Al-Azhar Kairo itu.

Menurut dia, Pesantren Nuris mengetahui dampak negatif dan positif teknologi. Agar tidak terpengaruh dengan dampak negatifnya, santri dibatasi mengakses internet. Mereka hanya diberi kesempatan untuk menggunakan teknologi secara positif.  Mereka diberi keterampilan untuk menjawab kebutuhan zaman. Santri tak hanya belajar agama, namun juga update dengan perkembangan teknologi terbaru.
 
 
Editor: Kendi Setiawan