Yogyakarta, NU Online
Daya kritis santri semasa belajar di pesantren hingga hari ini tak jarang masih dibatasi. Santri tidak boleh bertanya kepada kiai atau ustadznya, kecuali setelah dipersilahkan.<>
Demikian dalam buku  “Kiai Mengaji Santri Acungkan Jari: Refleksi Kritis atas Tradisi dan Pemikiran Pesantren” yang dibedah oleh Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) rayon Wisma Pembebasan fakultas Uhshuludin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Klijaga Yogyakarta, Kamis (13/6) di ruang teatrikal fakultas setempat.Â
Melalui bukunya, penulis mengungkap bahwa di pesantren tertentu bahkansantri sama sekali tidak diberi kesempatan untuk bertanya. Fenomena inilah yang coba dikemukakan penulis lewat buku yang diterbitkan oleh LKiS ini
Dalam kesempatan tersebut, selain Ali Ustman, penulis buku tersebut, acara ini juga dihadiri oleh Mustafied, ketua PMII Cabang Universitas Gadjah Mada (UGM) sebagai pembedah.
Menurut penuturan Saiful kepada NU Online, acara tersebut merupakan rangkaian agenda yang diselenggarakan pra Rapat Tahunan Anggota (RTA) rayon setempat.Â
“Ini sebenarnya rangkaian acara dalam rangka menyambut RTA. RTA-nya nanti di Wisma Randit,” ungkapnya di tengah kesibukannya menyiapkan acara.Â
Acara yang dihadiri oleh kalangan santri dan para alumni pondok pesantren ini melakukan pembacaan secara mendalam terhadap tradisi yang selama ini berkembang di pesantren, khususnya tradisi keilmuan.Â
Redaktur   : A. Khoirul Anam
Kontributor: Nur Hasanatul Hafshaniyah
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Menata Pola Hidup Positif Pasca-Ramadhan
2
Membatalkan Puasa Syawal karena Disuguhi Hidangan saat Bertamu, Bagaimana Hukumnya?
3
Khutbah Jumat: Meraih Pahala Berlimpah dengan Puasa SyawalÂ
4
Khutbah Jumat: Syawal, Menjalin Silaturahmi dan Memperkokoh Persatuan Bangsa
5
Hukum Mengulang Akad Nikah karena Grogi
6
Tellasan Topak, Tradisi Perayaan Lebaran Ketupat di Madura pada 8 Syawal
Terkini
Lihat Semua