Daerah

Kelas Ekologi LAZISNU di Sumenep Ajak Generasi Muda Cinta Lingkungan Hidup

Ahad, 29 Januari 2023 | 13:00 WIB

Kelas Ekologi LAZISNU di Sumenep Ajak Generasi Muda Cinta Lingkungan Hidup

Kegiatan di luar ruang pada Kelas Ekologi NU Care-LAZISNU Guluk-Guluk, Sumenep, Jawa Timur, Sabtu (28/1/2023). (Foto: NU Online/Firdausi)

Sumenep, NU Online
NU Care-Lembaga Amil Zakat, Infak, dan Sedekah Nahdlatul Ulama (LAZISNU) Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Guluk-Guluk, Sumenep, Jawa Timur mengadakan Kelas Ekologi, Sabtu (28/1/2023). Kelas diadakan bekerja sama dengan Wahid Foundation menghadirkan tiga pemateri yang menjelaskan kondisi lingkungan di Indonesia, khususnya di lingkungan pesantren.


Salah satu pemateri, Kiai M Faizi seorang pegiat lingkungan dan penggerak antiplastik di pesantren. Ia menceritakan bahwa keseharian masyarakat Eropa jauh berbeda dengan di Indonesia yang tidak lepas dengan kendaraan bermotor. 


"Masyarakat di Eropa lebih memilih berjalan kaki. Mereka bukan tidak mampu membeli mobil dan sepeda motor. Mereka memilih berjalan kaki, karena memperhatikan keberlangsungan ekosistem dan energi yang ada," ungkap Pengasuh Pondok Pesantren Annuqayah Al-Furqan Sawah Jarin Guluk-Guluk itu.


Sementara narasumber kedua, Nyai Fadhilah Hunaini menegaskan, tugas menjaga lingkungan hidup bukan semata-mata bagi laki-laki, tetapi juga perempuan. Baginya, keduanya sama-sama memiliki kesalingan terhadap lingkungan melalui penyelamatan alam.


"Peran laki-laki dan perempuan diminta untuk menjaga keberlangsungan ekosistem serta arus penggunaan kekayaan alam," terangnya kepada peserta yang berkumpul di Aula MWCNU setempat.


Jika memanfaatkan alam sesuai kebutuhan, kata Nyai Fadhilah, maka akan timbul kestabilan hidup. "Misalnya, menggunakan air secukupnya, menggunakan listrik dan kertas seperlunya, menghemat bahan bakar, memisahkan sampah serta mengurangi penggunaan bahan kimia," jelas Nyai Fadhilah.


Kiai Moh Khatibul Umam yang didaulat sebagai pemateri ketiga menyatakan, problem lingkungan hidup berkaitan dengan kepemimpinan seorang pemimpin di sebuah organisasi, komunitas dan sebagainya.


"Seorang pemimpin tidak hanya memiliki jiwa memimpin diri sendiri untuk menggelar aksi. Komunitas itu bisa bertahan dan memiliki dampak nyata ketika leader bisa mengayomi yang lain serta dapat memberikan contoh pada adik-adiknya," pintanya.


Usai sesi materi di dalam ruangan, acara diisi dengan Rencana Tindak Lanjut (RTL) sebuah kegiatan. Peserta lalu mengikuti sesi membersihkan sumber mata air yang ada di sekitar Pesantren Annuqayah. Salah satunya sumber Daddhuih sekaligus menanam pohon sukun dengan harapan pohon tersebut dapat menampung air serta buahnya dapat di manfaatkan oleh masyarakat sekitar.


Kontributor: Firdausi
Editor: Kendi Setiawan