Daerah

KH Hasyim Asy'ari Dituduh Mengingkari Maulid, Mudir Ma'had Aly Tebuireng: Salah Besar

Jum, 27 Januari 2023 | 08:30 WIB

KH Hasyim Asy'ari Dituduh Mengingkari Maulid, Mudir Ma'had Aly Tebuireng: Salah Besar

Mudir Ma'had Aly Hasyim Asy'ari Tebuireng, Jombang KH Achmad Roziqi. (Foto: NU Online/Syarif Abdurrahman)

Jombang, NU Online 
Mudir Ma'had Aly Hasyim Asy'ari Tebuireng, Jombang KH Achmad Roziqi menyarankan dai, daiyah, penceramah agama, dan khatib belajar agama terlebih dahulu sebelum bicara agar tidak sesat dan menyesatkan.


Hal ini disampaikannya untuk menanggapi seorang khatib di Pamekasan, Madura, Jawa Timur yang mengatakan ke publik bahwa Hadratussyekh KH M Hasyim Asy'ari mengingkari dengan keras adanya perayaan Maulid Nabi dengan merujuk kitab At-Tanbihat Al-Wajibat Liman Yasna'u Al-Maulid bil Munkarat.


"Kalau bersabar dan membaca secara utuh kitab At-Tanbihat Al-Wajibat maka tidak akan ada pernyataan itu. Fatal sekali. Belajar dulu, alim dulu, baru kemudian jadi tokoh agama," jelasnya, Kamis (26/1/2023).


Menurutnya, kekeliruan dari khatib tersebut yaitu gagal memetakan secara utuh apa yang ada di kitab At-Tanbihat. Dalam kitab tersebut, KH Hasyim melarang perayaan maulid yang dicampurkan dengan kegiatan yang diingkari syariat.


KH Hasyim menuliskan jika perayaan maulid tidak ada unsur maksiat maka masuk bagian dari taat dan jalan mendekatkan diri kepada kepada Allah. Perayaan maulid tanpa maksiat masuk kategori mustahab. Ketika ada maksiat maka dikategorikan sebagai ghoiru mustahab.


Sederhananya, kata dia, hal yang diingkari Hadratussyekh itu perbuatan munkarnya, bukan maulidnya.


"Pernyataan berapi-api dari khatib asal Pamekasan yang mengatakan Kiai Hasyim menolak maulid adalah salah besar. Yang benar, perayaan maulid yang diisi dengan hal mungkarlah yang diingkari Hadratussyekh," tegasnya.


Dikatakan, peringatan yang dituliskan KH Hasyim Asy'ari tersebut bersifat umum dan bisa digunakan oleh panitia peringatan Maulid Nabi agar kegiatan mulia tersebut tidak bercampur dengan maksiat atau perbuatan mungkar.


Hal ini berdasarkan aturan syariat yang ada di Al-Qur'an dan Hadits. Kiai Hasyim memang sering memberikan statement terkait kegiatan di masyarakat, salah satunya perayaan maulid.


"Sangat disayangkan pernyataan yang menyeret KH Hasyim Asy'ari itu disampaikan pada kegiatan sakral yaitu khutbah Jumat dan direkam vidoenya," ujarnya.


Alumnus Al-Azhar Kairo ini menambahkan, kitab At-Tanbihat ditulis pada tahun 1355 H oleh Hadratussyekh KH Hasyim Asy'ari ketika melihat ada sebuah perayaan Maulid Nabi yang diisikan dengan hal yang mungkar.


Selesai menulis, kitab tersebut dikirim ke Universitas Al-Azhar Kairo untuk diteliti dan diuji secara akademik oleh guru besarnya. Salah satunya yaitu Syaikh Yusuf. Catatan dari ulama Al-Azhar tersebut diletakkan di awal kitab.


"Kitab ini secara kelas diakui ulama besar Al-Azhar. Sangat disayangkan kalau tidak dibaca secara utuh. Saya membaca secara utuh hingga khatam," kata anggota Dewan Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia, Jawa Timur ini. 


KH Achmad Roziqi juga berpesan bahwa seorang khatib, dai, dan daiyah harus memiliki sikap jujur. Menyampaikan sesuai dengan keadaan dan tidak memanipulasi sesuatu untuk kepentingan pribadi. Seorang ustadz atau khatib harus jadi contoh dalam memegang amanah. 


Namun, ia memberikan catatan, perbuatan yang menyertai pendapat ulama dalam pidato adalah hal baik dan penuh berkah. Namun, jadi tidak baik ketika pembicaranya tidak jujur atau gagal paham.


"Orang yang sudah mengeluarkan statement keliru maka akan sulit menarik kembali. Apalagi di era media sosial. Maka menjaga lisan penting sekali. Semangat menjadi ustaz harus diiringi dengan baca dan belajar," tandas KH Roziqi.


Sementara itu, lewat video yang mengatasnamakan takmir masjid Ustman bin Affan, Ustadz Yazir Hasan meminta maaf ke publik atas ucapannya yang menyinggung KH M Hasyim Asy'ari dan warga NU atau Nahdliyin.


Ustadz Yazir meminta maaf dengan didampingi dua orang pria di kiri-kanannya dengan intonasi rendah dan tidak berapi-api. 


Pernyataan Ustadz Yazir yang menyebutkan KH Hasyim Asy'ari mengingkari Maulid Nabi memnatik reaksi dari masyarakat dan meminta perangkat desa mengevaluasi kegiatan di masjid Ustman bin Affan yang membuat gaduh.


"Kami tidak akan mengulangi lagi perihal-perihal seperti khutbah tentang Maulid Nabi dan lainnya, yang sekiranya menyinggung ulama, kiai dan masyarakat Nahdlatul Ulama. Kurang lebihnya kami minta maaf sebesar-besarnya," tandasnya.


Kontributor: Syarif Abdurrahman
Editor: Syamsul Arifin