Daerah

Kiai Chalwani Purworejo, Keutamaan Bershalawat: Allah Kabulkan Semua Hajat

Ahad, 6 Oktober 2019 | 05:15 WIB

Kiai Chalwani Purworejo, Keutamaan Bershalawat: Allah Kabulkan Semua Hajat

Acara 'Mijen Bershalawat', Sabtu (5/10) malam di Halaman Masjid Al Muhajirin, Jatisari, Mijen, dihadiri Pengasuh Pesantren An-Nawawi Purworejo, KH Achmad Chalwani yang menyampaikan keutamaan bershalawat sebagai ekspresi kecintaan terhadap Nabi Muhammad Saw. (Foto: NU Online/M Sulhanudin)

Semarang, NU Online
Pengasuh Pesantren An-Nawawi, Purworejo, Jawa Tengah, KH Achmad Chalwani menyampaikan keutamaan dari membaca shalawat Nabi.
 
Dalam tausiyahnya saat mengisi 'Mijen Bershalawat' yang digelar Sabtu (5/10) malam di Halaman Masjid Al Muhajirin, Jatisari, Mijen, Mbah Chalwani mengatakan bershalawat sebagai ekspresi kecintaan terhadap Nabi Muhammad Saw.
 
"Allah perintahkan manusia untuk shalat, puasa, zakat tapi Allah tidak mengerjakan. Tapi Allah perintahkan manusia shalawat untuk Nabi, Allah juga bershalawat," terang Mursyid Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah itu.
 
Karena pentingnya kedudukan shalawat, imbuhnya, siapa pun yang ingin doanya dikabulkan oleh Allah maka salah satu syaratnya haruslah mencintai kekasih-Nya.
 
"Orang yang sedang jatuh cinta itu dia akan selalu merindukan kekasihnya. Dan, ciri orang yang mencintai Nabi itu dia akan meneladani apa saja yang dikerjakan oleh Nabi," terangnya.
 
Lebih lanjut, kiai sepuh NU itu mengajak para jamaah untuk berwasilah melalui para leluhur yang telah berjasa menyebarkan ajaran Islam di tanah air. 
Disebutkan di antaranya KH Sholeh Darat yang telah menyebarkan Islam khususnya di Kota Semarang. Kiai Sholeh Darat, imbuhnya, adalah tokoh yang mengenalkan shalawat kepada masyarakat Mijen dan sekitarnya.
 
Selain syiar Islam, para kiai dan santri berperan penting dalam perjuangan merebut kemerdekaan. Ia menyebutkan, Pahlawan Nasional, Diponegoro adalah seorang santri. Tokoh yang memiliki nama Ontowiryo dan Raden Mas Abdul Hamid ini pernah belajar dengan sejumlah kiai di pondok pesantren di Yogyakarta, Solo, dan Magelang.
 
"Ulama dulu bertemu dengan orang Jawa berbahasa Jawa. Ketemu  Melayu berbahasa Mekayu. Mereka berdakwah dengan bahasa dan budaya kaumnya," terangnya.
 
'Mijen Bershalawat' berlangsung meriah karena dihadiri pelantun shalawat yang tengah melambung namanya di kalangan milenial, Muhammad Ulul Azmi (Gus Azmi). Gus Azmi mampu menghibur jamaah dengan suara merdunya membawakan shalawat dan lagu-lagu bernuansa islami.
 
Selain itu, turut hadir Ketua DPRD Semarang H Kadarlusman, Rektor UIN Walisongo Semarang Imam Taufiq, Koordinator Majelis Al Muwasholah Habib Sholeh al Jufri dari Solo dan sejumlah tokoh masyarakat lainnya.
 
"Alhamdulilah, majelis dzikir dan shalawat di sini sudah rutin berkegiatan. Semoga dengan acara malam ini, semangatnya makin meningkat lagi," ungkap Mahbub Zaki, ketua panitia, yang juga Wakil Sekretaris PWNU Jawa Tengah.
 
Kontributor: Muhammad Sulhanudin
Editor: Kendi Setiawan