Daerah

Kisah Syekh Ali Jaber saat Melawat ke Jember, Mengaku Enak Dikawal Banser

Kam, 14 Januari 2021 | 16:55 WIB

Kisah Syekh Ali Jaber saat Melawat ke Jember, Mengaku Enak Dikawal Banser

Syekh Ali Jaber di tengah-tengah Anggota Banser Kencong, Kabupaten Jember. (Foto: NU Online/Aryudi A Razaq )

Jember, NU Online
Syekh Ali Jaber adalah seorang ulama yang mempunyai kedekatan dengan Banser. Saat melawat ke Jember Jawa Timur sekitar 5 bulan lalu, Syekh Ali Jaber dikawal oleh beberapa personel Banser Cabang Kencong. Dan dalam pengawalan itu ternyata Syekh Ali Jaber sangat menikmati dirinya dikawal oleh Banser.


“Bahkan beliau bilang bahwa dirinya lebih enak dikawal Banser. Ini disampaikan sendiri oleh Syekh Jaber kepada asisten yang menemaninya saat itu, yakni Gus Iskandar. Jadi bilangnya ‘saya lebih enak dikawal Banser’,” ujar Komandan Banser  Pimpinan Cabang Gerakan Pemuda (PC GP) Ansor Kencong, Muhammad Slamet Jember kepada NU Online di Kencong, Kamis (14/1).


Menurutnya, saat itu Syekh Ali Jaber baru sembuh dari cedera akibat penusukan oleh orang tak dikenal saat ia berdakwah di Bandarlampung. Untuk mengantisipasi segala kemungkinan yang tak diinginkan saat mengunjungi Jember, Gus Miftah lalu meminta GP Ansor Kencong untuk memberikan pengawalan terhadap Syekh Ali Jaber.


“Instruksi pimpinan kami laksanakan. Kata Gus Iskandar, ada beberapa kelompok yang menawarkan pengawalan untuk Syekh Jaber, tapi beliau memilih Banser,” jelasnya.


Slamet menambahkan, Syekh Ali Jaber termasuk ulama yang suka bergaul, dan tidak pelit menyapa orang di sekitarnya. Dikatakannya, saat itu Syekh Ali Jaber mewanti-wanti agar umat Islam tak terpancing emosi terkait penusukan dirinya.


“Mari bersama-sama jaga persatuan, jaga NKRI, dan kita bersama-sama menjaga ulama,” tambah Slamet menirukan kata-kata Syekh Ali Jaber.


Sementara itu, Pengasuh Pondok Pesantren Riyadlus Shalihin, KH Mushodiq Fikri (Gus Fikri) menegaskan bahwa Syekh Ali Jaber adalah pejuang agama yang luar biasa. Katanya, ia jauh-jauh datang ke pesantren yang diasuhnya hanya untuk menggelorakan semangat masyarakat agar mencintai Al-Qur’an. Saat itu, selain mengunjungi Pesantren Riyadlus Shalihin, Syekh Ali Jaber juga mengunjungi dua lokasi lain di Jember untuk berdakwah.


“Beliau hanya ingin mengajak kita untuk mencintai Al-Qur’an,” katanya.


Gus Fikri juga menyebut bahwa Syekh Ali Jaber mengakui latar belakang pendidikannya adalah Wahabi saat berada di Madinah. Namun seiring perjalanan waktu, ia pindah dan menetap di Indonesia, dan menjalankan ajaran Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja) ala NU.


“Syekh Ali Jaber terus terang mengaku sama dengan kita, Ahlussunnah wal Jamaah, NU,” pungkasnya.


Pewarta:  Aryudi A Razaq
Editor: Muhammad Faizin