Daerah

Kue Jadah atau Jodah, Menu Wajib Masyarakat Melayu Jambi saat Idul Fitri

Sel, 9 April 2024 | 22:02 WIB

Kue Jadah atau Jodah, Menu Wajib Masyarakat Melayu Jambi saat Idul Fitri

Kue jadah atau jodah (dodol) yang dibuat oleh masyarakat Jambi. (Foto: NU Online/Syarif)

Jambi, NU Online

Kue dodol atau yang biasa masyarakat Melayu Jambi sebut kue jodah atau jadah jadi menu wajib lebaran di masyarakat Jambi. Hampir sebagian besar masyarakat menyediakan kue dodol di ruang tamu saat Idul Fitri.


Hal serupa juga terjadi di Dusun Karak Apung, Kecamatan Batin III Ulu, Kabupaten Bungo, Jambi. Masyarakat di sini menyebut kue dodol dengan kue jadah, sedikit berbeda dengan masyarakat Jambi pada umumnya. Uniknya, mereka memiliki tradisi membuat kue jadah secara bersamaan.


Menurut warga Dusun Karak Apung, Karisma Kusuma Fitriani, tradisi membuat kue jadah dilakukan dalam rentang waktu 10 akhir dari bulan Ramadhan. Pada waktu tersebut, masyarakat secara bergantian saling tolong menolong dalam pembuatan kue jadah.


“Dalam tradisi ini sarat dengan gotong royong dalam satu keluarga dan tetangga, misalnya hari ini yang membuat kue adalah keluarga si A, maka lelaki di keluarga tersebut dikumpulkan untuk mengaduk,” jelasnya, Selasa (9/04/2024).


Ia menambahkan, dalam proses pembuatan tersebut seringkali pria dari keluarga yang lain juga ikut membantu mengaduk kue jadah secara bersamaan. Biasanya membutuhkan durasi 2-3 jam hingga matang.


Biasanya proses pembuatannya dilakukan pada malam hari, terutama setelah shalat tarawih. Karena sangat membutuhkan tenaga yang besar untuk membuat kue jadah tersebut.


“Ketika musim membuat kue jadah maka kemana saja kaki melangkah pasti ada warga yang sedang membuat jadah,” imbuh Karisma.


Dikatakannya, alasan masyarakat Melayu Jambi harus membuat kue jadah selain menjaga tradisi nenek moyang, kue jadah juga awet. Sehingga bisa bertahan dalam durasi waktu yang cukup lama.


Bahkan tak jarang, momentum membuat kue jadah jadi kegiatan yang ditunggu-tunggu oleh para perantau ketika mudik. Apalagi saat kembali ke kota atau tanah perantauan, orang tua akan memberikan sangu berupa kue jadah.


Kue jadah juga melambangkan ikatan keluarga dan persaudaraan yang kuat. Karena dalam proses pembuatannya melibatkan banyak individu. Saudara yang jauh kembali berkumpul untuk bekerja sama.


“Membuat kue ini adalah momentum menyatukan keluarga, menghangatkan kembali, saling bekerja sama dan memahami. Setelah selesai, dibagi ke keluarga,” kata Karisma.

 

Proses pembuatan kue jodah/jadah

 
Warga membuat kue jadah

Karisma menjelaskan, bahan baku utama pembuatan jadah adalah tepung dari beras ketan. Langkah pertama yaitu merendam beras ketan beberapa jam, kemudian dikeringkan airnya lalu digiling hingga menjadi tepung.


Di zaman dulu, nenek moyang suku Melayu Jambi menggunakan cara tradisional untuk menggiling beras ketan dengan menggunakan kayu. Selain menyiapkan tepung, bahan lain yang harus disiapkan yaitu minyak kelapa.


Cara membuat minyak kelapa yaitu memasak santan kelapa di atas api hingga muncul lemak dan minyaknya. Setelah dingin, nanti dicampurkan dengan tepung. Jika minyaknya kurang, bisa ditambahkan minyak sawit.


“Ibu-ibu biasanya bagian merendam beras hingga menggiling, memasak minyak kelapa. Bapak-bapak bagian mencari kelapa, membuat tungku, dan mengaduk hingga matang,” bebernya.


Selanjutnya tepung dan minyak kelapa dicampurkan ke dalam kuali besar. Di sini sekalian ditambahkan gula pasir maupun merah dan bahan lainnya yang dirasa perlu untuk memperkuat rasanya.


Barulah setelah itu kuali besar diletakkan di atas tungku dengan api yang menyala-nyala. Selanjutnya bagian pria untuk mengaduk terus hingga matang. Ada dua orang dari sisi yang berlawanan yang terus mengaduk agar tidak gosong.


Setelah dirasa matang, kue jadah dipindahkan ke baskom plastik dan dimasukkan ke dalam wadah yang cukup bervariasi. Ada yang wadah plastik, ada juga dari bambu dan sebagian anyaman daun pandan atau nipa yang berbentuk kantong kayak.


Langkah selanjutnya, kue jadah diiris sesuai keinginan dan siap disajikan untuk tamu Idul Fitri. Ada yang diletakkan di atas piring dan toples. Namun, tak jarang masyarakat menyuguhkan satu kantong utuh, sehingga bisa dipotong sesuai keinginan tamu.


“Kue jadah yang sudah jadi disimpan di kantong dari anyaman daun pandan, bahan yang sama untuk membuat tikar pandan. Nanti minyak teresap,” tandasnya.