Daerah

Lestarikan Budaya Lokal, IPPNU Lampung Gelar Pelatihan Tapis

Sab, 8 Oktober 2022 | 21:30 WIB

Lestarikan Budaya Lokal, IPPNU Lampung Gelar Pelatihan Tapis

Proses pelatihan membuat kain tapis IPPNU Lampung, Sabtu (8/10/2022). (Foto: istimewa)

Pringsewu, NU Online
Dalam rangka melestarikan budaya lokal Provinsi Lampung berupa seni kain tapis, Ikatan Pelajar Perempuan Nahdlatul Ulama (IPPNU) Provinsi Lampung menggelar Pelatihan Tapis. Kegiatan ini diikuti oleh para pengurus IPPNU kabupaten dari 15 Kabupaten/Kota di provinsi berjuluk Sai Bumi Ruwa Jurai ini berdasarkan zonasi.


Koordinator kegiatan Pelatihan Tapis Matsna Nurul Khalidah mengatakan bahwa kegiatan ini dibagi dalam beberapa zona. Untuk zona pertama diselenggarakan di Gedung NU Pringsewu pada Sabtu (8/10/2022) yang diikuti peserta dari Kabupaten Pringsewu, Pesisir Barat, Pesawaran, Tanggamus, dan Bandarlampung.


"Kita ingin para pelajar NU di Lampung memiliki tekad yang kuat dalam melestarikan budaya di antaranya kain tapis. Di samping sebagai upaya untuk menanamkan kreativitas dan jiwa kewirausahaan di bidang ekonomi," katanya saat pembukaan kegiatan.


Ia menambahkan bahwa kemampuan dalam wirausaha dan menciptakan lapangan kerja menjadi penting di era bonus demografi yang akan dialami di Indonesia. Pada masa itu, tatkala jumlah usia produktif melimpah, dibutuhkan kemampuan individu dalam membaca peluang, sehingga perlu ditanamkan jiwa kreatif untuk membuat lapangan kerja, bukan mencari lapangan kerja.


Sementara Sekretaris Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Pringsewu H Muhammad Faizin yang membuka acara tersebut mengingatkan bahwa belajar tapis menjadi wujud nyata prinsip Nahdlatul Ulama yakni Al-muhafadzatu alal qadimis shalih (Mempertahankan dan merawat hal lama yang baik). Dengan mempertahankan keberadaan tapis, para pemuda sudah ittiba (mengikuti jejak) para wali dan ulama yang menjadikan budaya sebagai infrastruktur dakwah.



Foto : Pembukaan Pelatihan Tapis IPPNU Lampung di Gedung NU Pringsewu

Terlebih, lanjut H Faizin, saat ini sudah mulai banyak kain tapis yang dimodifikasi dengan unsur-unsur islami seperti hiasan dinding dari kain tapis bermotif kaligrafi. Ini menurutnya menjadi bagian dari akulturasi Islam dalam budaya sehingga bisa menjadi media dakwah Islam. 


"Dengan cara yang bijak, para wali dan ulama Nusantara berdakwah menggunakan jalur budaya sehingga mudah diterima. Hasilnya saat ini kita bisa merasakan manisnya menjadi umat Islam," ungkapnya.


Menurutnya sangat tidak bijak mempertentangkan budaya dan agama karena keduanya bisa saling bersinergi. Akomodatif terhadap budaya juga menjadi indikator seseorang memiliki pandangan keagamaan yang moderat.


"Ada empat indikator apakah seseorang memiliki cara beragama secara moderat, (yaitu) memiliki komitmen kebangsaan, memiliki toleransi, anti pada kekerasan, dan akomodatif terhadap budaya lokal. Jika ada seseorang selalu membidah-bidahkan, menyalah-nyalahkan, atau mengharam-haramkan budaya luhur bangsa, sikap moderatnya dipertanyakan," ungkapnya.


Dalam pelatihan ini, para peserta dilatih oleh Tutor Pegiat Tapis yang merupakan aktivis IPPNU Lampung Navidatul Khoir. Selain mendapatkan pelatihan, para peserta juga diberi perangkat alat untuk membuat tapis dengan harapan akan dapat terus berlatih dan memasyarakatkan tapis di lingkungan masing-masing.


Editor: Kendi Setiawan