Daerah

Madrasah Virtual untuk Jawab Kebutuhan Warganet Muslim Jepara

Sab, 9 Mei 2020 | 23:00 WIB

Madrasah Virtual untuk Jawab Kebutuhan Warganet Muslim Jepara

Madrasah virtual PC LBMNU Jepara (Foto: Ilustrasi)

Jepara, NU Online
Pengurus Cabang (PC) Lembaga Bahsul Masail Nahdlatul Ulama (LBMNU) Kabupaten Jepara tidak mau ketinggalan memanfaatkan tekonologi  dengan ngaji secara online di dunia maya. 
 
Untuk keperluan hal itu, pihaknya telah meluncurkan channel youtube 'Madrasah Virtual' yang merupakan platform pembelajaran agama Islam secara komprehensif dan kajian berbagai permasalahan keagamaan yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan ajaran Ahlussunnah Waljamaah.
 
Diluncurkan channel tersebut dilatarbelakangi dari kebutuhan orang untuk mengkaji ilmu-ilmu agama. Misalnya, fiqih, Al-Qur’an (tafsir), hadits, lughah, akidah, juga ilmu akhlak. 
 
"Meski mereka tidak belajar di pesantren namun mereka sebetulnya butuh ilmu-ilmu yang diajarkan di pesantren dengan sajian yang lebih mudah dan praktis," ujar Ketua PC LBMNU Jepara, K Muhammad Nasrullah Huda kepada NU Online, Sabtu (9/5).
 
Dikatakan, pihak LBM mempunyai banyak SDM, para kiai muda yang dulu pernah mengenyam pendidikan di pesantren. Dan saat terjun di masyarakat, para kiai ini juga punya santri, baik di pondok maupun majelis taklim. 
 
"Ini sekaligus untuk merespons kebutuhan kajian agama dari kalangan masyarakat umum, dan supaya punya spektrum atau jangkauan luas, ruang internet ini dimasuki," ungkapnya.
 
Dijelaskan, pada awal-awal rintisan channel fokus pada fiqih puasa. “Sebab secara kebetulan kami ini lahir menjelang Ramadhan dan saat Ramadhan mengisinya dengan konten fiqih puasa, termasuk zakat fitrah dan maal,” katanya.
 
Adapun para pengisi konten lanjutnya, para kiai muda dari Jepara. “Mereka ini alumni pesantren di Sarang, Ploso, Kajen, dll. Awalnya ada majelis ngaji kitab ihya ulumiddin dan kitab hikam secara rutin tiap malam Jumat, lalu tergerak untuk berbuat sesuatu di internet tentu saja dalam kerangka dakwah. 
 
Para kiai ini kesehariannya memang mengasuh santri di pesantren, madrasah dan majelis ta'lim. Hanya saja kini menghimpun diri secara bersama sama masuk ke ruang baru, ruang virtual. Sama sebenarnya, hanya beda kanal. Kalau di pesantren ada pondok, nah di madrasah ini pondok virtual.
 
Ditanya tentang nama, kiai muda yang akrab disapa Gus Munash itu menjelaskan, karena segmennya memang pengguna internet. Ini madrasah, tempat belajar agama, tafaqquh fiddin, tetapi di ruang virtual. 
 
“Ya itu tadi, untuk menjawab kebutuhan warganet untuk belajar ilmu ilmu agama Islam,” jelasnya lagi. 
 
KH Adib Khoiruzzaman menjelaskan, untuk Ramadhan ini pihaknya sudah menyiapkan 30 konten yang didistribusikan melalui youtube. Ke depan, saat madrasah membuka kelas-kelas virtual ilmu agama dengan beragam disiplin kajian dan silabi, akan tampil beda. 
 
Misalnya di Youtube kami hanya menyajikan 'trhiller' nya. “Lha detail kontennnya di kelas dan bisa diakses melalui web. Kami juga sudah menyiapkan bagaimana syiarnya masuk ke multiplatform, seperti Facebook, YouTube, Instagram, Twitter, juga aplikasi WA,” tambahnya.
 
Hal tersebut terangnya dibantu tim IT. Dari anak-anak muda. Dalam prosesnya tentu kami akan terus mematangkan tim IT, agar output konten untuk multiplatform bisa terpenuhi secara konsisten dan menjaga sustainability  madrasah ini.
 
Kiai muda yang kerap disapa Gus Adib itu menjelaskan, madrasah virtual simpelnya majelis ilmu. Segmen umum, dan untuk warganet. Konten mengambil referensi dari kitab-kitab yang mu'tabarah. 
 
“Tujuannya memudahkan warganet belajar ilmu agama, diasuh para pengasuh yang memang berasal dari kalangan pesantren. Kontennya bisa dipertanggungjawabkan karena referensinya jelas,” ucapnya.
 
Pihaknya juga menegaskan bahwa Ramadhan ini merupakan kelahiran madrasah virtual tentu saja sesudahnya akan lebih luas lagi. “Dengan kelas-kelas yang berisi beragam sajian konten warganet bisa memilih kelas konten yang dibutuhkan dari semua yang kami sediakan,” tegasnya. 
 
Gus Adib berharap madrasah virtual menjadi ideal. Yang memungkinkan warganet terpenuhikebutuhan ilmu agamanya. Kalau pun tidak luas sekali, paling tidak memenuhi standar normal kebutuhan. 
 
“Syukur jika ini bisa menjadi salah satu referensi pembelajaran agama bagi warganet, tanpa sekat jarak dan latar belakang. Kami akan melayani kebutuhan-kebutuhan, dan tentu dalam perjalananannya nanti kami akan terus merespons masukan-masukan berbagai pihak pengguna demi kebaikan madrasah ini,” pungkasnya. 
 
Kontributor: Syaiful Mustaqim
Editor: Abdul Muiz