Daerah

Meninggalnya Alfa Isnaeni Penuh Kemuliaan

Ahad, 15 Maret 2020 | 01:30 WIB

Meninggalnya Alfa Isnaeni Penuh Kemuliaan

Ketua Densus 99 Habib Nuruzzaman (pakaian doreng) Foto: NU Online/Hairul Anam)

Pamekasan, NU Online
Ketua Densus 99 Habib Nuruzzaman mengatakan, meninggalnya Kepala Satuan Koordinasi Nasional (Kasatkornas) Barisan Ansor Serbaguna (Banser) HAlfa Isnaeni menyisakan kesedihan mendalam. 
 
"Utamanya di kalangan Banser. Kendati demikian, kematiannya tergolong mulia dan diambakan oleh siapapun," tegasnya.
 
Demikian disampaikan saat mengisi materi 'Kawan dan Lawan' dalam Pelatihan Kepemimpinan Lanjutan (PKL) Gerakan Pemuda Ansor Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur, di Pesantren Miftahul Qulub, Polagan, Galis, Pamekasan, Jumat (13/3). 
 
Staf Ahli Mabes Polri tersebut menceritakan tentang komitmen kebangsaan dan keberislaman Alfa yang sangat kuat. Segala daya dan kehidupannya selalu dipersembahkan untuk kepentingan bangsa dan agama.
 
"Sehingga tidak heran beliau wafat dalam keadaan mulia. Mulia karena para kiai dan Banser-Ansor se-Nusantara menyalatinya. Kader Banser yang di daerah menggelar shalat ghaib untuknya. Saya sendiri belum tentu bisa meninggal seperti itu," ujar Habib Zaman.
 
Kepada segenap peserta PKL GP Ansor, Habib Zaman berpesan untuk meneladani perjuangan Alfa. Utamanya berkenaan dengan ketegasan dalam menyikapi provokasi dari mereka yang berpaham radikal.
 
Menurut Habib Zaman, para aktivis radikalisme suka memprovokasi bahwa Ansor-Banser itu kecil. Padahal, Ansor-Banser besar dan terbesar di dunia. Itu sengaja dihembuskan oleh mereka agar Ansor-Banser tidak percaya diri, biar di hadapan musuh lemah. 
 
"Itu dilakukan karena mereka tidak berani melawan kita, sehingga pilihannya adalah menurunkan kepercayaan diri kepada Ansor dan Banser," tegas Habib Zaman.
 
Kepada Ansor-Banser, khususnya di Kabupaten Pamekasan, Habib Zaman menginstruksikan untuk melakukan maping atau pemetaan masjid-masjid yang sudah terpapar radikalisme.
 
"Adakan program bersih-bersih masjid. Lakukan secara istiqamah, pasti akan didukung penuh oleh masyarakat," tegasnya.
 
Habib Zaman juga berpesan, kader Ansor-Banser agar merebut posisi imam saat berada di masjid umum, utamanya tatkala shalat Subuh.
 
"Karena kalau mereka yang mengimami, maka qunut akan ditinggalkan. Kita sebagai makmumnya tentu akan kepikiran. Beda kalau jadi imam, maka tradisi an-Nahdliyah bisa lestari," urainya.
 
Habib Zaman memberikan materi dengan waktu yang cukup panjang, lebih dari dua jam. Peserta PKL yang selama 4 hari jarang tidur karena mengikuti padatnya agenda PKL, tampak khidmat mendengarkannya.
 
Kontributor: Hairul Anam
Editor: Abdul Muiz