Daerah

Menziarahi Makam Ulama di Bulukumba

Sen, 5 April 2021 | 15:30 WIB

Menziarahi Makam Ulama di Bulukumba

Ziarah dilakukan untuk meneladani para tokoh. (Foto: istimewa)

Bulukumba, NU Online
Usai megikuti pelatihan Dakwah Pondok Pesantren As’adiyah Baburahman Galung Beru, para santri dan santriwati melakukan ziarah makam tokoh ulama yang menyiarkan dakwah Islam di Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, Sabtu (3/4).

 

Dalam kunjungan tersebut, santri diberikan pemahaman terkait peran dan dakwah syiar Islam Syekh Nuruddin Ar-Riyani (Dato Ri Tiro) serta Syekh Maulana Abdul Jabbar (Puang Jabba).

 

Pembina Pondok Pesantren Jusman Imam megatakan dengan mengadakan ziarah ini, para santri akan mempunyai bekal awal untuk mengasah, mencari informasi, mencari data dan manuksrip-manuksrip untuk mengetahui jejak sejarah penyebaran Islam di Bulukumba. ​​​​​​Menurut Jusman, tidak menutup kemungkinan selain menjadi hafidz, ada banyak santri yang bergelut di dunia penelitian.

 

Jusman mengatakan jejak sejarah penyebaran Islam Dato Ri Tiro di Bulukumba mempunyai tiga versi. Pertama, bahwa Dato Ri Tiro datang karena ada undangan Kerajaan Gowa-Tallo. Kedua, bahwa Dato Ri Tiro bersama Dato Ri Bandang, dan Dato Ri Patimang mengunjungi kakek buyutnya Syekh Jamaluddin Akbar Al Husein. Ketiga, Ammatoa Ri Kajang menganggap bahwa ketiga dato itu dari tanah Toa Ri Kajang kemudian menyebar keluar.


Ia menambahkan bahwa Syekh Maulana Ar Raniry atau Dato Ri Tiro punya peran penting dalam konteks penyebaran Islam di Bulukumba. Salah satu tandanya adanya peninggalan Masjid Nurul Hilal yang berumur 418 tahun dan sumur Salsabila yang dikatakan masyarakat Bontotiro muncul saat ditancapkannya tongkatnya Dato Ri Tiro yang menjadi sumber air di Desa Buhung Bundang sebagai salah satu karomahnya.

 

Lebih lanjut Jusman Iman menjelaskan bahwa salah satu ulama yang dikunjugi juga bersama santri ialah Makam Syekh Maulana Abdul Jabbar atau lebih di kenal dengan nama Puang Jabba di pantai Lemo-lemo yang erat kaitannya dengan Pulau Lombok. Salah satu tandanya adalah dengan adanya peninggalan surau yang ada di daerah tersebut. Keterangan tersebut ia dapatkan dari salah satu budayawan dari Unhas, Andi Firman.

 

KM Rusli Rahman Pimpinan Pondok Pesantren As’adiyah Baburahman Galung Beru mengemukakan agar santri memahami sejarah masuknya Islam di Bulukumba, santri dibawa langsung melihat sejarah di sana. Apalagi para santri juga belajar Sejarah Kebudayaan Islam dan masuk ke mesjid Nurul Hilal karena banyak sejarah di sana dan bagaimana kita ini menjadi santri bahwa ada guru yang membimbing.


"Ada beberapa santri dan santriwati juga mempunyai bakat menulis. Ke depan kami harap santri menulis perkembangan agama di Bulukumba dan sejarah ulama yang menyebarkan Islam secara langsung serta membuat santri lebih berkualitas, beriman, bertaqwa dan berkarakter Qur’ani," terangnya.

 

Adapun yang ikut melakukan ziarah makam adalah keluarga Besar Pondok Pesantren As’adiyah Baburahman Galung Beru bersama para santri dan santriwati didamping oleh mahasiswa KKN IAI As’adiyah Sengkang.

 

Kontributor: Ahmad Saeful
Editor: Kendi Setiawan