Subang, NU Online
Setelah terbentuk kepengurusan, Idaroh Syu'biyah Jam'iyah Ahli Thariqoh Mu'tabarah An-Nahdliyah (JATMAN) Kabupaten Subang mulai konsolidasi dan musyawarah menyiapkan beberapa program. Kegiatan musyawarah tersebut digelar di Pesantren yang diasuh oleh KH Abdul Mu'min, Pesantren Raudlatul Hasanah, Subang, Jawa Barat pekan lalu.
Selaku tuan rumah, KH Abdul Mu'min pun menyampaikan sambutan, dalam sambutannya beberapa kali terdengar ia menyebut 'Uwa' kepada Mudir JATMAN Subang, KH Thala'albadar Karim. Dalam bahasa sunda, sebutan Uwa biasanya ditujukan kepada kakak dari ayah atau ibu.Â
"Kenapa saya manggil Uwa kepada Mudir? karena Uwa disini sebenarnya singkatan dari Ulama Warotsatul Anbiya," ungkap Kiai yang dikenal dengan sebutan Maung Subang itu.
Ketika berbicara JATMAN, kiai nyentrik ini menyatakan bahwa dalam mengelola organisasi para pengurus Jatman harus dilandasi dengan penuh rasa tanggung jawab mengingat JATMANÂ bukanlah organisasi sembarangan, JATMANÂ merupakan ruh NU karena di dalamnya terdapat orang-orang "ahli langit".
"Jika ruhnya gentayangan kemana-mana, nanti jasadnya bisa-bisa mati," tambahnya.
Dalam kesempatan itu, KH Thala'albadar Karim, Mudir JATMANÂ Subang menyatakan bahwa diantara tujuan Jatman adalah untuk mengenalkan tarekat mu'tabarah kepada masyarakat sekaligus mengajak masyarakat untuk bisa wushul dengan Allah melalui tarekat.
"Tarekat yang berkembang di Subang ada tujuh tarekat dan semuanya ada mursyidnya," tambah pengasuh Pesantren Al-Karimiyyah itu.
Dikatakannya, ketika masyarakat sudah mengenal tarekat kemudian ada yang berminat masuk tarekat, selaku mudir ia akan mengarahkannya kepada salah satu mursyid, namun sebelum itu ia akan menyeleksi terlebih dahulu untuk memastikan pelaksanaan syari'atnya dan yang lebih penting lagi adalah keseriusan batinnya supaya bisa istiqomah ketika sudah dibai'at.
"Karena mursyid itu biasanya sangat tawadlu' dan sangat selektif ketika akan membai'at calon murid," pungkasnya. (Aiz Luthfi/Fathoni)