Daerah

Nasi Kikil Bu Tandur, Cita Rasa Kuliner Kesukaan Gus Dur

Sel, 3 September 2019 | 17:00 WIB

Nasi Kikil Bu Tandur, Cita Rasa Kuliner Kesukaan Gus Dur

Warung makan langganan Gus Dur

Jombang, NU Online
Siapa yang tidak kenal Presiden ke-4 RI KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur? Sikapnya yang aneh namun kocak membuat ia mudah dikenang banyak orang. Namun untuk masalah makanan, hanya orang dekat dan memang mengikuti Gus Dur secara rutin yang paham.
 
Salah satu makanan kesukaan tokoh yang dilahirkan di Jombang ini adalah nasi kikil. Bahkan ia punya warung langganan khusus untuk nasi kikil. Warung tersebut bernama nasi kikil Bu Tandur. Terletak di Jalan KH Hasyim Asy'ari, Mojosongo, Jombang, hanya beberapa kilo meter dari Pesantren Tebuireng tempat berbaringnya jasad Gus Dur.
 
Warung nasi kikil ini sudah berdiri dua tahun setelah Indonesia tepatnya tahun 1947.
Warung nasi kikil Bu tandur cukup mudah diakses, dari Jombang kota jaraknya sekitar 1-2 kilometer ke selatan, di sebelah kanan jalan raya. Jika dari arah Pesantren Tebuireng maka lebih dekat lagi menuju arah utara. Warungnya yang sederhana dengan ciri khas cat berwarna kuning, menjadikan warung ini mudah dikenali. 
 
Di deretan jalan tersebut, memang banyak warung kikil lain, dan salah satunya nasi kikil Bu Tandur. Sejak buka pukul 17.00 WIB warung ini tak pernah sepi pembeli. Dari tukang becak hingga pengusaha dan pejabat negara.
 
Pendirinya adalah perempuan bernama Tandur, salah seorang penjual nasi kikil di daerah Mojosongo. Tandur mendirikan warung ini sejak masih remaja atau belum menikah. Ia menekuni warung nasi kikil hingga 2001, hingga dirinya meninggal. Kendati demikian, warung Bu Tandur masih tetap buka sampai sekarang karena diteruskan anak keduanya bernama Sucipto.
 
Sucipto, penerus generasi pertama ini begitu supel saat jurnalis NU Online mampir, Selasa (3/9). Ia menceritakan, sejak kecil dirinya sudah diajari memasak oleh sang ibu. Setiap hari, Sucipto kecil membantu ibunya berjualan.
 
"Sejak Bu Tandur meninggal 2001. Ibu berpesan, agar warungnya dinamai 'Nasi Kikil Bu Tandur Mojosongo, dengan cat berwarna kuning," ujarnya di sela-sela melayani pembeli. 
 
Dahulu, warung nasi kikil ini tidak begitu lebar seperti sekarang. Ukurannya kecil sekitar 4 x 3 meter. Terdiri dari satu meja dan beberapa kursi saja. Seiring waktu berjalan, karena jumlah pembeli dan pelanggan makin banyak, ia menambah jumlah kursi. 
 
"Kondisinya sejak dulu ya begini. Karena ini ciri khasnya," sambung bapak tiga anak ini.
 
Warung Bu Tandur mulai ngetrend sejak 85-an. Beberapa pejabat lokal maupun dari luar daerah sering mampir ketika berkunjung ke Jombang. Bahkan, Presiden ke-4 KH Abdurahman Wahid (gus Dur) sering mampir bersama keluarga dan para santrinya. 
 
"Gus Dur kalau datang itu bawa rombongan, kadang yang datang ajudannya aja," ujarnya
 
Tokoh lain ada juga yang sering datang, seperti Cak Nun, Gubenur Jawa Timur Khofifah, Mantan Bupati Jombang Suyanto, Mantan Bupati Jombang Nyono, dan Bupati sekarang Mundjidah Wahab juga sering mampir. Pengacara kondang Hotman juga pernah ke sini," terangnya.
 
Malam sudah mulai larut, namun jumlah pembeli yang mampir di warung nasi kikil Bu Tandur seolah tak ada habisnya. Rasanya yang gurih membuat nasi kikil ini memiliki pelanggan dari mana-mana. Selain terkenal dengan gurihnya, nasi kikil ini juga terkenal dengan aromanya yang khas. Ini dikarenakan wadah nasi kikil menggunakan pincuk dari dauh pisang. 
 
Ketika mampir di warung berwarna kuning itu, pembeli akan disambut panci besar yang berisi sayur lodeh kikil. Pembeli juga bisa menambah aneka lauk mulai dari daging, lidah, paru, ati, babat, jantung maupun limpa. Semuanya tersedia. 
 
Yang paling istimewa adalah makannya di pincuk, aroma dan rasa begitu terasa. Apalagi, nasinya masih hangat ketika kena daun pisang bertambah makin harum," ujar Andre salah satu pembeli.
 
Andre sudah menjadi pelanggan nasi kikil Bu Tandur sejak lama, rasanya yang gurih membuat ia selalu kangen dan ingin mampir setiap ada waktu. "Kikilnya besar-besar. bahkan, sumsumnya juga bisa dihisap melalui lubang kecil. Itu rasanya enak banget," sambungnya.
 
Sucipto, pemilik warung memang sengaja menggunakan pincuk dalam menyajikan nasi kikilnya. Itu untuk menjaga khas nasi kikilnya sejak didirkan Bu Tandur. Apalagi, menggunakan pincuk daun pisang membuat nasi tetap segar. "Namun kalau ada pembeli dari luar Jawa biasanya ada yang meminta ditaruh piring. Ya ada, kami sediakan,'' terangnya.
 
Untuk satu porsi nasi kikil Bu Tandur dihargai Rp30 ribu plus dapat lauk yang disediakan. "Semuanya komplet, ada empal, paru dan lauk lainnya juga tersedia," paparnya. 
 
Setiap hari, nasi kikilnya selalu ludes diburu pembeli. Namun  ramai-ramainya pembeli mulai berdatangan justru setelah magrib hingga setelah isya. Karena waktu itu di saat jam makan malam. "Kadang juga tidak tentu, bahkan ada yang jam 11 malam datang. Karena memang saya buka sampai habis," tandasnya. 
 
Dia mengaku tak pernah mengubah resep nasi kikil yang diwariskan Bu Tandur. Hanya semenjak diteruskan oleh Sucipto dia mengganti tambahan sayur kikilnya menjadi sayur pepaya. Dulunya, campurannya adalah tewel (nangka muda) dan rebung.
 
"Namun, kalau menggunakan rebung atau tewel itu sebagian pelanggan mengaku sering terganggu pencernaannya. Setelah saya coba berkali-kali akhirnya yang paling diminati adalah pepaya," jelasnya. 
 
Meski begitu, dia mengaku rasanya tetap sama dan tidak ada perubahan. "Kalau kata pembeli rasanya ya tetap sama. Gurih, harum begitu kata pembeli," pungkasnya.
 
Kontributor: Syarif Abdurrahman 
Editor: Muiz