Daerah

Nasib Tak Pasti Pedagang di Sekitaran Makam Gus Dur

Kam, 16 April 2020 | 11:30 WIB

Nasib Tak Pasti Pedagang di Sekitaran Makam Gus Dur

Petugas dari LSPT menyerahkan paket Sembako kepada pedagang di area makam Gus Dur. (Foto: NU Online/Ibnu Nawawi)

Jombang, NU Online
Sejak 15 Maret lalu, secara resmi area makam KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur ditutup. Hal tersebut sebagai kepedulian Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur akan semakin mewabahnya virus Corona atau Covid-19. Imbas dari hal tersebut tentu saja para pedagang tidak lagi memiliki pemasukan, bahkan sebagian lapak terlihat tutup.
 
“Sejak resmi ditutup oleh Pesantren Tebuireng, sudah jarang ada pengunjung ke sini,” kata Suprihatin, Kamis (16/4). 
 
Kalau pun ada yang berziarah, bukan karena tahu. Mereka kebanyakan kecele lantaran informasi terkait penutupan area makam belum merata. Baru tahu saat telah berada di depan gerbang yang dalam posisi terkunci dan ada tulisan pemberitahuan. “Kondisi semakin parah saat Pesantren Tebuireng juga meliburkan santri,” ungkap Suprapto. 
 
Pedagang yang menjual sejumlah pakaian batik, sarung, blankon, dan sejenisnya ini nyaris tidak memiliki penghasilan. Untuk makan setiap hari saja harus benar-benar diatur dengan terencana. Lapak yang ada, akhirnya ditutup lantaran memang tidak ada pemasukan karena sepi peziarah dan santri.
 
“Saat makam ditutup, kami masih memiliki harapan karena pesantren tetap buka,” aku Siti Zubaida yang menyediakan aneka minuman dingin. 
 
Karena kala itu para santri masih bisa keluar masuk untuk keperluan sekolah. Ketika mereka berangkat atau kala pulang ke asrama diharapkan bisa singgah untuk melepas haus. Atau saat ada wali santri maupun orang tua yang sambang yakni mengunjungi anaknya di pesantren.
 
“Namun semuanya sirna manakala pesantren juga memulangkan santri secara massal,” kata Rifqi Hidayat yang menyewa bangunan untuk potong rambut.
 
Perlahan namun pasti, para pedagang meninggalkan lapak mereka untuk mencari pekerjaan lain yang ujung-ujungnya dapat menambah penghasilan keluarga.
 
Juru bicara pedagang, M Sulhan menegaskan bahwa kebanyakan para pemilik bedak di makam Gus Dur telah menutup tokonya. Bagi mereka, itu lebih rasional lantaran tak mungkin terus buka toko, namun tidak ada pengunjung. “Apalagi yang memiliki karyawan, terpaksa dirumahkan,” kata Gus Sulhan.
 
Dijelaskannya bahwa ada ratusan orang yang menggantungkan hidup dari berjualan di sekitar area makam Gus Dur. Mereka adalah warga setempat, bahkan tidak sedikit dari daerah lain yang memang percaya akan tuah lokasi karena mampu menghadirkan pengunjung dalam jumlah besar. Akan tetapi seiring dengan kondisi yang tidak dinyana sebelumnya yakni terjangkitnya virus Corona, maka harapan yang ada di depan mata akhirnya pupus.
 
Tebuireng Berbagi 
Karenanya pada Selasa (14/4) lalu, Lembaga Sosial Pesantren Tebuireng atau LSPT menyalurkan setidaknya 750 paket sembilan bahan pokok atau Sembako kepada pedagang. Mereka yang memiliki kios di sekitaran makam Gus Dur mendapat bahan untuk dimasak.
 
“Ada mi instan, telur, minyak goreng, beras, sabun, kecap dan sejenisnya,” kata Afif Abdur Rokhim, Kamis (16/4).
 
Direktur LSPT tersebut mengemukakan bahwa paket Sembako sengaja diberikan untuk meringankan beban pedagang yang tidak lagi memiliki pemasukan.
 
“Imbas Corona memang dirasakan oleh rakyat kecil, apalagi mereka yang menggantungkan hidup dari penghasilan harian dengan berjualan,” kata Gus Afif.
 
Dirinya menjelaskan, tidak banyak kalangan yang memiliki perhatian kepada para pedagang. Bahkan bisa juga tidak masuk dalam data dari pemerintah desa untuk memperoleh bantuan.
 
“Karena itu kami menyerahkan bantuan kepada mereka berupa Sembako sebagai bentuk rasa simpati atas musibah yang diterima pedagang,” tutur mahasiswa pascasarjana Universitas Hasyim Asy’ari (Unhasy) Tebuireng, Jombang tersebut.
 
Dirinya juga berharap saat Ramadhan masih bisa memberikan lagi paket dengan varian berbeda sebagai bekal kala menyambut puasa dan hari raya.
 
“Terkait ini masih kita rapatkan dulu dengan pengurus lain apa bentuk dan bagaimana skema penyerahannya karena diperkirakan para pedagang sudah tidak berada di toko masing-masing,” katanya.
 
LSPT sendiri bukannya terkena imbas lantaran makam Gus Dur ditutup. Peziarah yang biasanya menyisihkan sebagian rezeki untuk dimasukkan di kotak amal yang tersedia, sudah tidak ada lagi. Praktis, yang diandalkan adalah dari para donatur rutin.
 
“Kita berharap musibah Corona segera kelar agar kehidupan warga kembali normal, demikian pula peziaran kian banyak dan berderma di kotak amal LSPT. Hal tersebut demi khidmat kepada umat, khususnya kalangan yang lemah,” pungkasnya.
 
Pewarta: Ibnu Nawawi
Editor: Syamsul Arifin