Daerah

NU Jombang Bentuk Tim Protokol Kesehatan Khusus Pesantren 

Kam, 11 Juni 2020 | 07:00 WIB

NU Jombang Bentuk Tim Protokol Kesehatan Khusus Pesantren 

H AR Jauharuddin Alfatih. (Foto: NU Online/Syamsul Arifin)

Jombang, NU Online
Saat kebijakan New Normal (kenormalan baru) diterapkan, ada kemungkinan banyak pesantren mengalami kesulitan, lantaran tidak memiliki sarana dan prasarana yang memadai, terutama pesantren-pesantren kecil. Sepanjang tatanan kenormalan baru diterapkan, pesantren pada saat yang sama secara tidak langsung dituntut untuk menyiapkan aneka kebutuhan.

 

Di sisi lain, tidak sedikit pesantren yang masih waswas untuk mengambil kebijakan mengembalikan santrinya sepanjang situasi Covid-19 masih merebak seperti saat ini.

 

Karenanya, Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Jombang, Jawa Timur membentuk tim protokol khusus untuk merespons situasi pesantren yang kemungkinan akan mengalami kondisi ini.

 

Ketua tim, H AR Jauharuddin Alfatih mengungkapkan, Jombang memiliki banyak pesantren yang tersebar di beberapa titik. Dapat diklasifikasikan menjadi pesantren besar dan pesantren kecil berdasar dari kuantitas santri yang ditampung, juga sarana dan prasarana yang dipunyai.

 

Bahkan pesantren-pesantren kecil sesungguhnya lebih mendominasi dibandingkan pesantren besar. Saking masifnya, hampir di daerah pinggiran atau wilayah pelosok di Jombang terdapat sejumlah pesantren. Hal ini juga yang menyebabkan Jombang lebih dikenal sebagai Kota Santri.

 

"Kalau pesantren-pesantren besar kita tidak meragukan lagi. Dengan segala fasilitasnya tentu sudah siap menyambut New Normal," katanya, Kamis (11/6).

 

Pengasuh Pesantren Al-Ghazali Tambakberas, Jombang ini menyampaikan, tim protokol khusus bukan untuk memfasilitasi berbagai kebutuhan atau sarana dan prasarana pesantren. Di samping bukan otoritasnya, kekuatan PCNU dalam hal ini juga tidak memungkinkan.

 

Tim khusus lebih fokus pada memberikan edukasi secara intensif saat New Normal diterapkan sekaligus panduan-panduan kesehatan secara umum.

 

Menurut pandangannya, banyak pesantren yang sampai saat ini belum memiliki sikap menghadapi pandemi Covid-19. Santri-santri yang sudah kadung dipulangkan sebelumnya, sampai saat ini belum ada kejelasan terkait jadwal pengembalian santri dan apa saja yang harus dipersiapkan santri saat hendak kembali, begitu juga saat sudah sampai ke pesantren.

 

"Tipe-tipe pesantren dalam menghadapi situasi ini tidak sama, ada yang menganggap Covid-19 sangat horor, ada yang menganggap biasa-biasa saja, ada juga sangat acuh," ungkapnya.

 

Karena itu, edukasi dan sosialisasi terkait panduan-panduan menghadapi Covid-19 dan kebijakan New Normal khusus untuk pesantren sangat diperlukan dalam rangka menyamakan persepsi. Sehingga tim protokol kesehatan pesantren diharapkan bisa menjaga pesantren dari sebaran virus Corona. Jangan sampai pesantren menjadi klaster baru dalam penyebaran corona.

 

"Yang terpenting ada panduan resmi dari PCNU Jombang, khusus untuk memberikan pengetahuan yang utuh kepada pesantren-pesantren bagaimana seharusnya pesantren bersikap bijak," ucapnya.

 

Kiai muda yang juga Ketua PC Rabitah Maahid Islamiyah Nahdlatul Ulama (RMINU) Jombang ini mengaku, panduan-panduan tersebut sedang disusun oleh tim protokol khusus pesantren. Dalam bulan ini (Juni) bisa dipastikan sudah siap disosialisasikan.

 

Sementara salah satu anggota tim protokol kesehatan pesantren, H Azam Choiruman Najib menekankan agar pesantren-pesantren berkoordinasi dengan pihak pemerintah dan kepolisian saat sudah menjadwalkan pengembalian santri ke pesantren. Hal ini penting untuk memastikan keamanan santri saat sampai ke pesantren.

 

"Beberapa hari yang lalu kami berkomunikasi dengan salah satu anggota kepolisian. Intinya pihak kepolisian siap membantu memberikan keamanan," jelasnya.

 

Pewarta: Syamsul Arifin
Editor: Muhammad Faizin