Daerah

Pelajar NU Pelopor Perjuangan Nabi Muhammad

NU Online  ·  Selasa, 4 Desember 2018 | 07:00 WIB

Sumenep, NU Online
Maulid Nabi Muhammad SAW atau yang lebih dikenal dengan istilah mauludan di kalangan warga Nahdlatul Ulama merupakan salah satu ciri khas atau amaliah Aswaja. Tradisi tersebut hendaknya dapat dilestarikan pelajar NU karena mereka sebagai pelopor bagi perjuangan Nabi.

Dalam pandangan Kiai Muhammad Syahid Munawwar, para pelajar yang terhimpun dalam Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) diharapkan terus menjadi pelopor . “Dan tentunya bisa melanjutkan perjuangan Nabi Muhammad SAW,” kata Ketua Yayasan Nasy'atul Muta'allimin Gapura Timur, Sumenep Jawa Timur, Senin (3/12). 

"Pelopor adalah seseorang yang mampu membawa kemanfaatan kepada orang lain,” ungkapnya. 
Menurutnya, pimpinan komisariat dan Organisasi Siswa Intra Sekolah atau OSIS) merupakan pelopor karena berkenan mengadakan maulid Nabi. “Dahulu Nabi Muhammad merupakan pelopor pertama Islam dengan tujuan pertamanya yaitu akhlak sehingga Islam bisa kita rasakan saat ini,” jelasnya.

Penegasan ini disampaikannya pada kegiatan maulid yang diselenggarakan Pimpinan Komisariat IPNU dan IPPNU MA Nasy'atul Muta'allimin Gapura. Kegiatan bekerja sama dengan OSIS dan dimeriahkan hadrah al-Banjari, serta ceramah oleh KH Achmad Maimun Syamsuddin.

Kegiatan dibuka langsung adik kandung sekaligus pendiri Pondok Pesantren Nasy'atul Muta'allimin,  KH Asy'ari Marzid. Lantunan al-Fatihan dikhususkan kepada Nabi Muhammad juga muassis atau pendiri NU.

Sedangkan KH KH Achmad Maimun Syamsuddin berharap santri di pesantren ini terus menjadi pelopor, termasuk nantinya saat menjadi mahasiswa. “Harus menjadi pelopor di kampus dan masyarakat,” katanya.

Menurutnya, pendidikan adalah bekal awal dalam kehidupan. “Nabi Muhammad SAW langsung menerima pendidikan dari Allah dengan ketangguhan dalam diri yang sejak lahir sudah tidak bisa melihat bagaimana gagahnya sang ayah,” ungkapnya. Hal tersebut dibuktikan sejak kecil sudah mengembala kambing, lanjutnya. 

Dirinya juga mengingatkan bahwa Nabi mengayomi dan berinteraksi dengan berbagai orang. “Karena inti ajaran Islam yakni menyelamatkan diri sendiri dan juga orang lain,” tegasnya.

Yang juga melekat dari akhlak Nabi yakni berbuat baik kepada siapun. “Jadi, jika tidak bisa berbuat baik kepada orang lain, setidaknya tidak membuat orang lain resah,” pungkasnya. (Mahrus/Ibnu Nawawi)