Daerah

Pertegas Identitas, RMI NU Lumajang Luncurkan Labelisasi Madin

Rab, 18 Maret 2020 | 15:00 WIB

Pertegas Identitas, RMI NU Lumajang Luncurkan Labelisasi Madin

Suasana Peluncuran Labelisasi Madin di bawah naungan PC RMI NU Lumajang yang dilakukan di Pondok Pesantren Darun Najah, Desa Petahunan, Kecamatan Sumbersuko, Kabupaten Lumajang, Rabu (18/3).

Lumajang, NU Online

Langkah maju dilakukan Pengurus Cabang (PC) RMI NU Lumajang, Jawa Timur dengan melakukan labelisasi Madrasah Diniyah (Madin) yang berafiliasi kepada RMI NU. Tujuannya, untuk memastikan identitas Madin antara yang berhaluan Ahlussunnah wal Jama'ah (Aswaja) dan yang bukan, sehingga warga NU tidak salah memilih.

 

Peluncuran Labelisasi Madin di bawah naungan PC RMI NU Lumajang dilakukan di Pondok Pesantren Darun Najah, Desa Petahunan, Kecamatan Sumbersuko, Kabupaten Lumajang, Rabu (18/3).

 

Menurut Ketua PC RMI NU Lumajang, H Ahmad Dzunnajah, selain soal identitas, juga akan dilakukan penyamaan kurikulum plus tambahan pelajaran Aswaja di Madin yang bergabung dalam RMI NU.

 

“Dengan labelisasi Madin ini kami bisa mengetahui pergerakan Madin-Madin di bawah naungan RMI, sehingga kami bisa mengontrol betul dengan kurikulum yang akan kami samakan nanti pada tahun ajaran baru Madrasah Diniyah,” terangnya saat memberikan sambutan.

 

Gus Dzun, sapaan akrabnya, menegaskan, pihaknya akan melakukan pembinaan kepada Madin-Madin di bawah naungan RMI NU, sehingga diharapkan lulusannya bisa bersaing dengan sekolah keagamaan lainnya.

 

Insyaallah bisa, yang penting kita terus berusaha dan berinovasi,” jelasnya.

 

Di tempat yang sama, Ketua PCNU Lumajang, KH Muhammad Mas’ud mengapresiasi langkah PC RMI NU tersebut. Menurutnya, labelisasi sangat penting. Pasalnya, dewasa ini cukup banyak nama madrasah maupun pesantren yang mirip-mirip dengan nama yang biasa dipakai NU. Sehingga labelisasi itu berfungsi untuk membedakan antara Madin yang berafiliasi dengan NU dan yang bernaung kepada non NU.

 

“Ini fungsinya besar, jadi warga NU dan masyarakat agar tahu dan tidak terkecoh dengan Madin yang namanya berbau NU,” ucapnya saat memberikan sambutan.

 

Dikatakannya, kondisi saat ini berbeda dengan zaman Orde Baru. Zaman Orde Baru, aliran keagamaan tak banyak, hanya ada dua, yakni NU dan Muhammadiyah, sehingga labelisasi tak begitu penting. Namun dewasa ini, eranya begitu terbuka sehingga berbagai aliran keagamaan masuk ke Indonesia dan terang-terangan menampakkan diri.

 

“Di situlah pentingnya label, agar masyarakat tahu perbedaannya,” ungkapnya.

 

Sekedar diketahui, hingga saat ini jumlah Madin yang sudah mendapat label NU mencapai 274 Madin. Di luar itu masih ada 125 Madin yang akan segera menyusul ikut bergabung RMI NU.

 

Pewarta: Aryudi AR

Editor: Muhammad Faizin