Nasional

Perjelas Langkah Gerakan Ayo Mondok, RMINU Gelar Konsolidasi 

Jum, 6 Maret 2020 | 03:30 WIB

Perjelas Langkah Gerakan Ayo Mondok, RMINU Gelar Konsolidasi 

PP RMINU gelar konsolidasi di Kabupaten Semarang, Jateng (Foto: NU Online/M Zulfa)

Semarang, NU Online
Pengurus Pusat Rabithah Ma'ahid Islamiah (PP-RMI) NU menyelenggarakan Silaturahim dan Konsolidasi Gerakan Nasional Ayo Mondok pada Rabu (4/3) bertempat di Villa Pondok Kopi, Umbul Sidomukti, Kabupaten Semarang, JawaTengah.
 
Acara yang dihadiri oleh seluruh Pengurus Pusat RMI (PP-RMI), Pengurus Pusat Gerakan Nasional Ayo Mondok, dan utusan beberapa perwakilan Pengurus Wilayah (PW-RMI) dari Jawa membahas tentang evaluasi program dan strategi Gerakan Ayo Mondok (GAM) ke depan.
 
Menurut  Ketua Umum PP RMINU KH. Abdul Ghafarrozin atau yang lebih akrab disapa Gus Rozin,  GAM sejak awal diarahkan sebagai upaya promosi pesantren kepada masyarakat kelas menengah ke atas agar memperluas masyarakat santri. Di samping tentu saja menjadi media komunikasi bagi pesantren kebanyakan. Oleh karena itu harus bisa menjawab kebutuhan masyarakat sekarang tentang pondok pesantren.
 
"Dalam survey yang dilakukan PP RMINU, ada pergeseran di tengah masyarakat tentang Pesantren. Wali santri kelas menengah ke atas jarang yang bertanya tentang kitab apa yang dikaji di pesantren," ungkapnya. 
 
Kelompok ini lanjutnya, lebih sering mengukur pesantren yang cocok untuk anak-anaknya dari mulai dari segi sarana, kebersihan, kesehatan, dan ihwal lain yang itu belum menjadi perhatian GAM selama ini.
 
Ketua Gerakan Ayo Mondok, KH Lukman Haris Dimyati juga mengungkapkan, terkait pergeseran definisi di masyarakat, seperti tidak samanya pemahaman wali santri dan pesantren tentang mana yang kategori kekerasan dan mana yang kategori mendidik. GAM juga harus memberikan sosialisai,  pendampingan,  dan advokasi ke pesantren agar tidak menjadi persoalan di kemudian hari.
"Mungkin harus dibentuk sistem yang mengikat antara pondok pesantren dan wali santri, sehingga kejadian yang tidak diinginkan seperti komplain wali santri terhadap cara didik pengasuh ke anaknya yang dianggap kekerasan, tidak terjadi lagi," ungkapnya.
 
Demi tercapainya tujuan-tujuan terebut, Gus Rozin juga mengingatkan bahwa GAM dan RMI harus bersinergi dengan baik sehingga niatan kita untuk memajukan pesantren dapat saling menguatkan.
 
"Karena ada beberapa hal tidak bisa didekati secara struktural RMI, namun bisa dengan kultural GAM," terang Pengasuh Pesantren Maslakul Huda Pati ini.
 
Sebelum Muktamar Makassar RMI itu Banom di NU. Setelahnya RMI menjadi lembaga sehingga ada beberapa keterbatasan dalam organisasi RMI di pusat dan daerah,  padahal justru persoalan pesantren dewasa ini lebih kompleks, sehingga perlu langkah terobosan untuk untuk memecah kebuntuan ini, GAM bisa menjadi solusi karena sifatnya yang horisontal.
 
"GAM harus mengambil peran promotif dan pemberdayaan yang menyentuh kebutuhan masyarakat pesantren. Biar hal-hal yang bersifat prinsipil dan substantif menjadi tugas RMINU," tegasnya.
 
Harapannya hasil dari konsolidasi kali ini bisa menjadi bekal untuk kepengurusan yang selanjutnya.  Silaturahim dan konsolidasi membahas evaluasi program,  struktur, dan perencanaan program strategis GAM.  
 
Kontributor: Mukhamad Zulfa
Editor: Abdul Muiz