Daerah

Pesantren Berpilar Gusjigang di Kudus Raih Juara Gender Championship Journalism Competition

Sab, 22 Oktober 2022 | 18:15 WIB

Pesantren Berpilar Gusjigang di Kudus Raih Juara Gender Championship Journalism Competition

Pesantren-pesantren tersebut dikembangkan dari tiga pilar yakni Bagus Laku, Pintar Mengaji, dan Wasis Dagang (Gusjigang).

Kudus, NU Online

Prestasi merupakan salah satu nilai yang dikedepankan oleh Pesantren Mahasiswa (PRISMA) Kudus di samping nilai Positive emotion, Relationship, Integrity, Solidarity, Meaningfullness, yang disingkat dengan PRISMA.

 

Pesantren yang dikembangkan dari tiga pilar yakni Bagus Laku, Pintar Mengaji, dan Wasis Dagang (Gusjigang) itu mampu meraih juara dalam kompetisi Gender Championship Journalism Competition (GCJC) yang diumumkan pada September lalu.


Pengasuh PRISMA, H Nur Said menuturkan bahwa melalui Program Intensif Santri Mahasiswa Adil Gender Siap Guna (Prismaguna), para santri memberanikan diri mengikuti ajang nasional GCJC yang diselenggarakan LPM Dinamika yang bekerjasama dengan Pusat Studi Gender dan Anak UIN Salatiga.


“Alhamdulillah kami mendapatkan juara dua dalam kategori video dokomenter. Berbagai perjalanan dari proses mengaji dan juga budaya pesantren dalam program Prismaguna inilah yang diceritakan dalam video tersebut yang kemudian mengantarkan PRISMA meraih prestasi baru-baru ini,” tuturnya kepada NU Online, Jumat (21/10/2022).


Sebagai pesantren mahasiswa, Prismaguna dipilih untuk menjadi kajian integratif tafaqquh fiddin dengan berbagai kajian-kajian kitab salaf dengan penjelasan yang dikombinasikan dengan bahasa Indonesia, Jawa, Arab dan juga Inggris secara dialogis.


“Metode bandongan tetap dipertahankan. Sementara metode sorogan dimodifikasi dengan metode sorogan gagasan, terutama yang berminat pada usulan riset Islam pada tema atau topik tertentu. Kajian berbagai kitab salaf dilakukan dengan pendekatan qiro'ah mubadalah yang diharapkan agar berbagai kitab yang dikaji juga memiliki dampak transformatif bagi kehidupan para santri dalam membangun relasi dalam keluarga dan masyarakat yang adil gender,” jelasnya.


Pesantren yang dikembangkan oleh sepasang dosen dan pegiat filantropi itu menitik beratkan pada aspek leadership dan cyberpreneurship sebagai manifestasi dari etos Gusjigang khas Kudus. Sebagai upaya membangun harmoni aspek jiwa dan raga, juga memperhatikan olah pikir, olah rasa dan olah raga. 


“Olah pikir dilakukan dengan berbagai pelatihan riset dan literasi, aspek olah rasa dibangun melalui istighosah ratibul athas dan berbagai macam zikir serta sholawat tidak lupa juga ada cooking class, serta olah raga dalam bentuk senam sehat pada waktu-waktu tertentu. Kami juga memiliki program ziarah wali yang dipadu dengan kegiatan observasi dan literasi budaya secara rutin,” ujarnya.


Menurut H Nur Said, PRISMA mampu menjadi sumber belajar bagi berbagai kalangan. Beberapa tamu hadir untuk menyelami pesantren yang letaknya di depan Institut Agama Islam Negeri Kudus itu, salah satunya sejarawan dari Belanda, Nuri Kurnaz yang baru-bari ini hadir di PRISMA untuk observasi dan dialog santri.


Namun bagi H Nur Said prestasi dan penghargaan yang diberikan bukanlah sebuah tujuan. Yang utama adalah menjadi bagian dari li’ilai kalimatillah melalui semangat membaca kita (Quranuna) adalah sebuah kebahagiaan tersendiri. 


Kontributor: Afina Izzati

Editor: Fathoni Ahmad