Daerah

Pesantren Menjamur, RMINU Kota Semarang Lakukan Data Ulang

Sab, 18 Juli 2020 | 07:00 WIB

Pesantren Menjamur, RMINU Kota Semarang Lakukan Data Ulang

Ketua RMINU Kota Semarang, KH Ulil Albab Syaichun (dokumentasi)

Semarang, NU Online

Perkembangan pesantren di Kota Semarang, Jawa Tengah cukup pesat dari tahun ke tahun. Untuk itu, Rabithah Ma'ahid Islamiyyah Nahdlatul Ulama (RMINU) Kota Semarang melakukan pendataan ulang untuk memperjelas potensi tersebut sebagai aset NU atau bukan.

 

"Jumlah pesantren di Semarang beberapa tahun ini semakin banyak. Pesantren semakin menjamur di Kota Semarang," kata Ketua RMINU Kota Semarang KH Ulil Albab Syaichun kepada NU Online di kediamannya PP Al-Ikhlas Pedurungan, Kota Semarang, Jumat (17/7).

 

Menurut Kiai Ulil, pendataan pesantren penting dilakukan untuk mengetahui dengan jelas segmentasinya. Sehingga, para orang tua dan anak yang hendak mencari pesantren bisa memilih sesuai dengan pertimbangan yang ada. 

 

"Ada kategori pesantren mahasiswa karena pada umumnya yang nyantri adalah mahasiswa. Terutama yang berdekatan dengan kampus. Ini biasanya diminati oleh para calon mahasiswa," ungkapnya.

 

Ia melanjutkan, ada juga pesantren yang mengembangkan segmentasinya seperti program tahfidz dan pembukaan pendidikan formal. "Mungkin dulu hanya pondok, terus mendirikan sekolah atau sekarang membuka program tahfidzul qur'an. Tentunya, kategori dan segmentasinya bertambah," terangnya.

 

Hal ini lanjutnya, merupakan sebuah pekerjaan rumah tersendiri bagi RMI. Sebab, RMI sebagai organisasi yang mewadahi pesantren berhaluan ahlussunnah wal jamaah ala NU harus ikut berperan menggiatkan promosi pesantren. 

 

"Gerakan program 'Ayo Mondok' ini kalau digiatkan juga harus jelas mana saja pesantren yang harus diajak untuk promosi," ungkapnya.

 

Sekretaris RMINU Kota Semarang Kiai Agus Ramadhan menyatakan, tidak menutup kemungkinan bahwa program pendataan pesantren bisa dikembangkan pada lembaga sosial yang ikut berjasa dalam mengembangkan aliran aswaja dan NU. 

 

"Ada banyak panti asuhan yang memiliki ritme pesantren karena pimpinan yayasannya seorang santri NU, maka aktivitasnya tak beda jauh dengan dunia pesantren. Ini juga perlu diakomodir terlbih dahulu. Untuk kategorinya nanti akan dirapatkan oleh pengurus RMI," kata Kiai Agus.

 

Menurutnya, peran lembaga kesejahteraan sosial dalam mendidik anak asuh ala santri merupakan bagian dari kaderisasi sejauh pengasuh mengajarkan tradisi dan ke NU an. 

 

"Kalau diasuh tokoh NU, dikelola dengan kurikulum seperti pesantren ya sama saja dengan kaderisasi bagi NU, dan lebih bagus pula jika bisa ikut aktif di NU," terang Pengasuh Pesantren Durrotu Ahlissunnah Waljamaah (PP Durrotu Aswaja/PPDA) Banaran, Gunungpati, Kota Semarang ini.

 

Untuk itu sambungnya, RMINU Kota Semarang juga akan berusaha menjalin komunikasi dengan dinas sosial dan pengelola panti asuhan. "Kita coba cari datanya dan pastikan dahulu ke-NUannya. Jadi, tidak asal mendata," tegasnya.

 

Meski demikian, Kiai Agus berharap yayasan sosial memiliki wadah tersendiri. Sebab, pesantren telah memiliki undang-undang yang khusus mengatur pesantren.  "Lebih bagus lagi kalau di NU ada lembaga khusus panti asuhan. Jadi lebih jelas bagaimana cara merawat dan prospek kedepannya," ucapnya. 

 

Lebih lanjut Kiai Agus mengatakan, program pendataan dimaksudkan untuk mempertegas antara pesantren yang memiliki kejelasan haluan aswaja dan ikut berperan dalam pengembangan NU. 

 

"Inti dari pendataan pesantren ini untuk mempertegas posisinya sebagai aset NU atau bukan. Kalau aset NU, tentunya akan ikut mendorong kemajuan NU di Kota Semarang," tutupnya. 

 

Kontributor: Ahmad Rifqi Hidayat
Editor: Abdul Muiz