Daerah

PWNU Kalbar dan Ormas Pemuda Islam Malaysia Jajaki Kerjasama Riset

Ahad, 3 Maret 2019 | 02:30 WIB

PWNU Kalbar dan Ormas Pemuda Islam Malaysia Jajaki Kerjasama Riset

PWNU Kalbar dan ABIM

Pontianak, NU Online 
Angkatan Belia Islam Malaysia (ABIM), sebuah organisasi kepemudaan Islam di Malaysia, melakukan silaturrahim ke Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Kalimantan Barat. Pertemuan dalam rangka penjajakan kerjasama riset ini dilaksanakan di Sekretariat PWNU Kalbar Jalan Veteran Pontianak, Kalbar, Sabtu, (2/3) pagi.

Pengetua ABIM wilayah Sarawak Muhammad Fazril bin Muhammad Saleh dalam kunjungan tersebut diterima langsung Ketua PWNU Kalbar H Hildi Hamid, Ketua ISNU Kalbar Yusriadi, Ketua LTN PWNU Kalbar Ibrahim, serta beberapa pengurus ISNU lainnya.

Hildi Hamid dalam sambutannya menyambut baik silaturrahim yang dilakukan ABIM. Ia juga memaparkan perkembangan NU di Indonesia, khususnya di Kalbar. Banyak orang Islam khususnya di Kalbar secara tradisi dan amaliah dekat dengan NU. Hal itu sudah dilakukan turun temurun sejak nenek moyang terdahulu.

“Tetapi, mereka tidak menyadari bahwa amaliah-amaliah tersebut bagian daripada tradisi orang-orang NU. Oleh karena itulah, melalui gagasan Islam Nusantara, upaya memelihara dan menjaga tradisi tersebut oleh NU tetap terus dijaga,” ujar mantan Bupati Kayong Utara dua periode ini.

Muhammad Fazril dalam sambutannya mengaku gembira silaturrahim ABIM, diterima keluarga besar NU Kalbar. Ia menyatakan, apa yang diperjuangkan NU hampir mirip dengan yang diperjuangkan umat Islam di Malaysia.

"Secara amaliah, antara Islam di Indonesia dan yang dipraktikkan NU sama dengan di Malaysia, yakni menganut faham Ahlussunnah Wal Jamaah. Dalam bidang aqidah menganut mazhab Asy'ari dan Maturidi. Dalam bidang fiqih menganut mazhab Syafi'i. Namun demikian, dalam bidang fikih, tetap ada keluwesan dalam praktiknya sehari-hari. Karena fiqih tentunya memiliki fleksibilitas yang mungkin berubah," ujarnya.

Gagasan Islam Nusantara yang diperjuangkan NU, lanjut Fazril, juga memiliki kemiripan ide dengan apa yang diperjuangkan oleh ABIM melalui Islam dan Melayu. Menurutnya, proses masuk dan berkembangnya Islam di Nusantara, utamanya di tanah Melayu, tentu berbeda dengan perkembangan Islam di Timur Tengah.

Ia berharap, ke depan perlu ada semacam penelitian atau kajian terhadap khazanah intelektual Islam dan Melayu. Ia mencontohkan, salah satu ulama Melayu yang cukup terkenal di Sarawak Malaysia dan menjadi guru di Masjidil Haram Mekah adalah Syekh Uthman Abdul Wahhab as-Sarawaky. 

Syekh Uthman, kata Fazril, merupakan guru beberapa ulama Indonesia, antara lain Abdul Karim Amrullah (Ayah Buya HAMKA), Syekh Mahfudz At-Termasi (Guru Hadratusy Syekh KH Hasyim Asy’ari) serta Haji Abdul Majid (Ayah KH Zainuddin Abdul Majid, pendiri Nahdlatul Wathan).

"Ini membuktikan, dalam persoalan Islah dan Tajdid (pembaharuan), ulama Nusantara memiliki keunikan tersendiri yang tentunya berbeda dengan gerakan pembaharuan yang dimotori para ulama Timur Tengah semisal Muhammad Abduh, Jamaluddin al-Afghani, serta Rasyid Ridha sehingga perlu penelitian mendalam terkait khazanah ulama Melayu ini," tandasnya.

Di akhir kunjungan, Ketua ABIM Serawak Muhammad Fazril menyerahkan buku terjemahan kitab Nafahatur Ridwan, manakib Syekh Uthman Abdul Wahhab as-Sarawaky, yang diterima langsung oleh Ketua PWNU Kalbar. (A Fauzi Muliji/Musthofa Asrori)