Daerah

'Rambak Istighotsah' Cara Warga NU Mimika Berdayakan Ekonomi

Kam, 18 Februari 2021 | 23:01 WIB

'Rambak Istighotsah' Cara Warga NU Mimika Berdayakan Ekonomi

Diskusi sistem kerja unit usaha yang dilaksanakan pada Kamis (18/2) di gedung Madrasah An-Nahdliyyah Kelurahan Wanagon, Distrik Mimika, Papua. (Foto: Istimewa)

Mimika, NU Online
"Jadilah kiai di malam hari, pengusaha di siangnya. Jadikan hati istana ilahi, Muhammad-kan jiwa. Maju bersama sukses semua bahagia selamanya." Inilah sebagian cuplikan syair yang dilantunkan sejumlah ibu-ibu jamaah istighotsah yang berasal dari kitab Qasidah Shufiyah karya KH Muhammad Nizam As Shofa, Murrsyid Thariqah Naqsabandiyyah Khalidiyyah dan Pengasuh Pesantren Ahlus Shofa wal Wafa, Simoketawang, Wonoayu, Sidoarjo, Jawa Timur.


Syair ini dilantunkan saat kegiatan diskusi sistem kerja unit usaha yang dilaksanakan pada Kamis (18/2) di gedung Madrasah An-Nahdliyyah Kelurahan Wanagon, Distrik Mimika, Papua. Kegiatan ini merupakan lanjutan dari peluncuran program unit usaha jamaah istighotsah sekaligus rangkaian peringatan hari lahir ke-98 NU yang diselenggarakan di Pesantren Darussalam Mimika (PPDM), Papua.


Pada rangkaian peringatan ke-98 hari lahir NU di PPDM saat itu, produk yang diluncurkan adalah rambak istighotsah. Rambak adalah makanan khas Jawa yang terbuat dari kulit sapi atau kerbau dan bisa diolah untuk berbagai keperluan.


"Produk rambak istighotsah ini merupakan strategi lanjutan dari kegiatan bazar kuliner Nusantara yang sudah berjalan," kata Ketua Jamaah Istighotsah An-Nahdliyyah Mimika, Ustadz Sugiarso.


Dia mengingatkan bahwa bazar kuliner Nusantara sebagai cikal bakal kebangkitan ekonomi Nahdliyin.


"Kita bercita-cita bisa mendirikan supermarket yang lengkap khususnya dengan menyediakan kuliner Nusantara," katanya lebih lanjut.


Pembahasan tentang sistem kerja unit usaha istighotsah ini difokuskan ke 104 kg rambak yang sudah didatangkan dari Mojokerto, Jawa Timur dalam menyambut kebutuhan kuliner puasa dan lebaran.


Ada dua sistem penjualan yang dipakai, yakni eceran dan reseller. Reseller ditunjuk oleh Koordinator Area (Korea) dan uang kas di Bendahara Area (Bendera) bisa digunakan.


"Keuntungan reseller yang menjual dengan harga eceran labanya menambah kas Bendera setelah dikurangi biaya lain," terang Ustadz Sugiarso.


"Untuk harga eceran tidak usah dibedakan antara jamaah dan non jamaah, kita samakan dan sama dengan harga pasar," kata Ernik, Bendahara Istighotsah (Bendis).


Sementara anggota Bidang Pendidikan Pondok Pesantren Darussalam Mimika (PPDM) Hj Asnawati mengajak semua anggota untuk belajar bisnis. "Ayo kita belajar bisnis untuk kemajuan kita. Kita buktikan bahwa kegiatan kita selalu ada saldo plus tidak pernah minus," ajaknya.


Dalam kesempatan ini juga diserahkan saldo plus kegiatan yang sudah berjalan, seperti saldo acara Amole Maulid dan Peresmian PPDM 2019, Harlah Muslimat NU 2019, haul masayikh Blokagung 2020, hingga penjualan kalender 2021. Selain diskusi, para ibu ini juga mencicipi rambak goreng dan tiwul instan serta gatot instan.


"Enak rasanya tidak kalah dengan yang bikinan sendiri, gatotnya," kesan Biyung selaku pimpinan Majelis Taklim Muthmainnah, Kampung Timika Jaya.


Selain rambak, juga direncanakan dijual kacang mete dan wader atau baby fish. Pada kesempatan ini juga ada pembagian tugas Bendis. Mama Maya bertugas menerima semua setoran Koin NU dan sumber lainnya. Sedangkan Mama Ernik bertugas mengelola usaha rambak ini saat penjualan dan pembelian kembali produk.


"Kita usahakan maksimal momen puasa dan lebaran untuk menyediakan kuliner yang sangat dibutuhkan," pesan Ustadz Sugiarso lebih lanjut.


Sedangkan Hj Ulya dari Kota Timika berharap usaha berjalan sesuai harapan dan memberikan nilai lebih. “Semoga Allah selalu melimpahkan berkah kepada jamaah semuanya, kabulkan hajat kami Ya Allah ridhai bisnis ini," ungkapannya.

 

Pewarta: Ibnu Nawawi
Editor: Muhammad Faizin