Daerah

Sensitif dan Mudah Dijual untuk Kepentingan, Agama Harus Dijaga

Sab, 13 Agustus 2022 | 18:30 WIB

Sensitif dan Mudah Dijual untuk Kepentingan, Agama Harus Dijaga

Wakil Ketua MUI Provinsi Lampung KH Ihya Ulumuddin saat berpidato pada Musyawarah Daerah Ke-3 MUI Kabupaten Pringsewu. (Foto: NU Online/Faizin)

Pringsewu, NU Online
Wakil Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Lampung KH Ihya Ulumuddin mengingatkan para tokoh agama dan umatnya untuk senantiasa benar-benar menjaga agama. Hal ini karena menurutnya, agama merupakan hal yang sensitif dan mudah dijual atau menjadi jualan pihak-pihak tertentu untuk sebuah kepentingan.


“Itulah yang menjadi salah satu tugas MUI yakni Himayatuddin, menjaga agama agar bisa sesuai dengan fitrah diturunkannya agama untuk umat manusia,” tegas pria yang juga Wakil Rais Syuriyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Provinsi Lampung pada Musyawarah Daerah Ke-3 MUI Kabupaten Pringsewu di Hotel Urban, Sabtu (13/8/2022).


Menjaga agama ini lanjutnya, bisa dilakukan oleh MUI, khususnya para pengurusnya dengan terus menguatkan prinsip beragama secara wasathiyah atau moderat. Prinsip Islam Wasathiyah inilah yang menjadi platform gerakan MUI sehingga agama dan cara beragama yang baik bisa diwujudkan di tengah-tengah umat.


“MUI itu memiliki tugas mengeraskan yang lemas dan melemaskan yang keras dalam beragama. Yakni beragama secara moderat,” tegasnya.


Ini juga sejalan dengan program pemerintah melalui Kementerian Agama yakni Moderasi Beragama. Pengasuh Pesantren Madarijul Ulum Bandarlampung ini menjelaskan bahwa moderasi beragama bukanlah memoderasi agamanya. Namun cara pandang dan paham dalam beragamanya lah yang dimoderasi.


Ada 4 ciri orang yang moderat dalam beragama yakni toleran yakni saling menghargai karena dasar kemanusian. Kedua adalah memiliki komitmen kebangsaan dan memegang kesepakatan bahwa Indonesia bukan negara agama, juga bukan negara yang sekuler. Ketiga adalah menerima kearifan lokal yang juga akan menciptakan rasa toleransi antara tradisi dan budaya dan ciri keempat adalah anti kekerasan.


“Alhamdulillah ada Wali Songo yang menyebarkan Islam di Tanah Air dengan cara-cara moderat di antaranya dengan menghormati budaya. Ini yang menjadi wasilah sehingga Islam di Indonesia saat ini menjadi agama mayoritas,” ungkapnya.


Kiai Ihya menegaskan bahwa hanya di Indonesia, dakwah Islam yang tidak dengan pemaksaan dan tanpa pertumpahan darah. Banyak di berbagai negara, dakwah Islam yang diwarnai peperangan sehingga hilang nyawa manusia. Melalui budaya, para Wali Songo bisa menghilangkan itu semua dan semakin menunjukkan bahwa Islam adalah Rahmatan lil Alamin.


Senada dengan Kiai Ihya, KH Hambali yang terpilih menjadi Ketua MUI Pringsewu pada Musda tersebut menambahkan selain agama yang harus dijaga, para ulama juga harus menjaga umat atau Himayatul Ummah. Dan juga penting menurutnya adalah Himayatuddaulah atau menjaga negara.


“Tiga himayah ini harus terus ditanamkan pada umat agar agama, umat, dan negara, benar-benar mampu memberi kemaslahatan dalam kehidupan,” harapnya.


Dalam Musda tersebut terpilih KH Hambali sebagai Ketua MUI Pringsewu untuk ketiga kalinya. Kiai Hambali yang juga Rais Syuriyah PCNU Pringsewu ini akan bersama H Attoriadi, Ketua PD Muhammadiyah yang terpilih menjadi Dewan Pertimbangan MUI Pringsewu masa khidmah 2022-2027.


Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Musthofa Asrori