Daerah

Shalat itu Hadiah dari Allah, Jangan Dianggap Beban

Kam, 3 Maret 2022 | 23:45 WIB

Shalat itu Hadiah dari Allah, Jangan Dianggap Beban

Gus H Aniq Muhammad Makki saat mengisi Peringatan Isra Miraj di Pesantren Tahfidh Yanbuul Quran Remaja, Kudus, Jawa Tengah, Kamis (3/3/2022) malam. (Foto: Dok. Pesantren Tahfidh Yanbuul Quran)

Kudus, NU Online
Salah satu kewajiban umat Islam adalah menjalankan shalat lima waktu. Atas dasar itu, hendaknya setiap muslim menjalankan perintah shalat ini dengan suka cita, bukan malah menganggapnya sebagai beban.


Hal ini sebagaimana yang disampaikan oleh Gus H Aniq Muhammad Makki saat mengisi acara Peringatan Isra’ Mi'raj yang berlangsung di Pesantren Tahfidh Yanbu'ul Qur'an Remaja, Kudus, Jawa Tengah, Kamis (3/3/2022) malam.


“Jangan ada paradigma di dalam pikiran kita bahwa shalat adalah beban berat. Hakikatnya shalat adalah hadiah dari Allah untuk kita,” tegas Gus Aniq, sapaan akrabnya.


Dikatakannya, umat Islam harus bersyukur kepada Nabi Musa karena keiriannya terhadap Nabi Muhammad saw yang memiliki derajat lebih tinggi darinya.


“Dalam Shahih al-Bukhari disebutkan bahwa motif Nabi Musa iri adalah karena beliau setengah tidak terima dan iri dengan Nabi Muhammad yang memiliki derajat melebihi beliau,” jelasnya.


“Dalam riwayat tersebut Nabi Musa dawuh Rabbi lam adhunnu an yarfa'a alayya ahadun. Yang kira-kira bisa kita artikan begini, Ya Allah saya gak nyangka kalau ada Nabi yang bisa naik melebihi langit saya,” lanjut Gus Aniq.


Putra Pengasuh Pesantren Al-Fattah Kajeksan Kudus, Jawa Tengah, KH Ahmadi Abdul Fattah ini melanjutkan, bahwa ada motif lain dari rasa iri Nabi Musa terhadap Nabi Muhammad.


“Ada juga motif lain kenapa Nabi Musa kok ‘rewel’ sama Rasulullah. Itu karena sebenarnya Nabi Musa ingin diajak Rasulullah sowan langsung ke Allah. Soalnya selama ini beliau hanya ngobrol dengan Allah, tapi tidak bisa bertemu dengan Allah secara langsung,” ungkapnya.


“Tapi perlu digarisbawahi, irinya Nabi Musa bukan seperti iri yang kita miliki. Tapi, lebih karena penyesalan mengapa umat beliau memiliki watak yang pembantah sehingga mereka jauh ketinggalan kemuliaannya dari umat Nabi Muhammad,” tambahnya.


Di akhir, pimpinan Majelis Anwarul Musthofa Kudus ini kembali mempertegas agar tidak menganggap shalat sebagai beban hidup.


“Pada intinya kita harus bisa memaknai bahwa shalat itu bukan beban. Bayangkan, yang awalnya 50 waktu bisa dikompres menjadi 5 waktu dan pahalanya sama dengan 50 waktu tadi,” tukasnya.


Gus Aniq kemudian menutup ceramahnya dengan mengutip perkataan Habib Muhammad bin Husein Al Habsy.


“Beliau berkata bahwa jika kita mampu menjaga shalat lima waktu yang sehari hanya butuh kurang lebih 30 menit saja. Maka karena keberkahan dari menjaga shalat tersebut, urusan 23,5 jam lainnya pasti akan dibereskan oleh Allah,” pungkasnya.


Kontributor: Ahmad Hanan
Editor: Musthofa Asrori