Daerah

Tekad BMT An-Najah di Jombang Putus Ketergantungan kepada Rentenir

Rab, 1 Januari 2020 | 14:00 WIB

Tekad BMT An-Najah di Jombang Putus Ketergantungan kepada Rentenir

H Abdul Halim Iskandar meresmikan kantor BMT An-Najah Denanyar Jombang, Jawa Timur. (Foto: NU Online/Syamsul Arifin)

Jombang, NU Online
Baitul Mal wat Tamwil (BMT) An-Najah yang berada di kawasan Pondok Pesantren Mambaul Ma'arif Denanyar, Kabupaten Jombang, Jawa Timur kini sudah resmi memiliki kantor baru. Kantor yang cukup representatif itu didirikan setelah kurang lebih dari 10 tahun beroperasi di rumah berukuran cukup kecil yang dikontrak sebelumnya.
 
Kantor diresmikan oleh Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi H Abdul Halim Iskandar, Rabu (1/1). Acara dibarengkan dengan penyerahan bantuan mobil operasional dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur untuk Pengurus Cabang (PC) Lembaga Perekonomian Nahdlatul Ulama (LPNU) Jombang.
 
BMT An-Najah diharapkan memiliki komitmen terhadap tujuan awal lembaga keuangan itu didirikan, yakni sebagai jembatan untuk mengurangi ketergantungan masyarakat sekitar meminjam kepada para rentenir.
 
"Tujuan utama berdirinya BMT An-Najah ini untuk mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap renteneir. Itu tujuan sajak awal berdirinya BMT ini," kata Abdul Halim Iskandar.
 
Bahkan dengan keberadaan kantor baru tersebut tujuan itu harus kian meningkat. Bukan lagi sekadar mengurangi, namun menghilangkan ketergantungan tersebut secara permanen dan mengalihkannya kepada BMT An-Najah. Artinya, kata dia, An-Najah harus menjadi pusat kebutuhan ekonomi, terutama dalam hal permodalan usaha yang dimiliki warga.
 
Demikian itu bisa dilakukan menurutnya hanya dengan cara meningkatkan sumber daya manusia masing-masing pengelola. 
 
"Pelayanan BMT An-Najah harus semakin luas spektrumnya dan semakin tinggi pelayanannya kepada masyarakat," jelasnya.
 
Mantan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Jawa Timur itu menegaskan, para pengelola juga harus cerdas dalam mengukur kemampuan calon nasabah untuk mendapatkan pinjaman modal. Hal ini dibutuhkan standardisasi yang jelas dan sangat terukur. Jika tidak demikian, lembaga keuangan cenderung tidak berkembang dan bahkan bisa tutup.
 
"Kepiawaian pengurus dalam memutuskan seseorang mendapatkan pinjaman dibutuhkan. Itu pasti. Karena hal ini kaitannya dengan non performing loan (NPL). Jangan sampai tingkat kemacetannya melebihi standar," tuturnya.
 
Sementara Ketua BMT An-Najah Mujazun mengungkapkan, aset yang dimiliki saat ini kurang lebih dari 7,5 miliar dari modal awal 25 juta. Dan nasabahnya berkisar 3000 orang dari berbagai kalangan, termasuk para santri yang sedang menempuh pendidikan non formal di beberapa pesantren.
 
Hadir dalam peresmian ini segenap pegawai BMT An-Najah, beberapa pengasuh dan pengurus pesantren Mambaul Ma'arif Denanyar, aparat pemerintah desa setempat, perwakilan Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Jombang, dan masyarakat sekitar.
 
 
Pewarta: Syamsul Arifin 
Editor: Ibnu Nawawi